Keras! Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris Tuduh China Lakukan Intimidasi

Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menuduh China melakukan pemaksaan

Muhammad Yunus
Selasa, 24 Agustus 2021 | 16:42 WIB
Keras! Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris Tuduh China Lakukan Intimidasi
Kamala Harris Sering Pakai Converse Chuck Taylors. (Dok: Instagram/kamalaharis)

SuaraSulsel.id - Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menuduh China melakukan pemaksaan dan intimidasi untuk mendukung klaim yang tak berbasis hukum di Laut China Selatan. Ini adalah komentar paling tajam terkait China.

Pernyataan tersebut disampaikan Harris dalam kunjungan ke Asia Tenggara, Selasa 24 Agustus 2021. Kawasan yang dia sebut sangat penting bagi keamanan Amerika Serikat.

Perjalanan Harris yang berlangsung selama tujuh hari, mencakup kunjungan ke Singapura dan Vietnam. Bertujuan untuk melawan pengaruh China di tataran global. Serta menanggapi kekhawatiran terkait klaim China terhadap area-area Laut China Selatan yang disengketakan.

Mengalihkan perhatian dan sumber daya ke kawasan telah menjadi titik pusat pemerintahan Presiden Joe Biden, saat pihaknya berpaling dari konsentrasi keamanan lama dengan penarikan tentara AS dari Afghanistan.

Baca Juga:Lagi, Indonesia Terima 5 Juta Dosis Vaksin Sinovac dari China

Pemerintahan AS itu menyebut persaingan dengan China sebagai “ujian geopolitik terbesar” dalam abad ini dan Asia Tenggara telah melihat sejumlah kunjungan tingkat tinggi oleh sejumlah pejabat pemerintah, termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin.

“Kami mengetahui bahwa Beijing terus memaksa, mengintimidasi, dan membuat klaim atas mayoritas luas area Laut China Selatan,” kata Harris dalam sebuah pidato di Singapura.

“Klaim-klaim yang tidak berbasis hukum ini telah ditolak oleh keputusan arbitral tribunal pada 2016, dan tindakan Beijing terus menyepelekan tatanan berdasarkan peraturan (rules-based order) dan mengancam kedaulatan negara-negara,” ujarnya, merujuk pada putusan mahkamah internasional di Den Haag terkait klaim China.

China menolak putusan tersebut dan bertahan dengan klaim terhadap perairan di area ‘Nine Dash Line’ di petanya, di mana terdapat bagian-bagian yang juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

China telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan di perairan tersebut, yang dilewati oleh jalur perkapalan penting dan mengandung lahan minyak dan area penangkapan ikan yang kaya.

Baca Juga:2 Astronot China Berhasil Lakukan Perjalanan Luar Angkasa di Tianhe

Angkatan Laut AS pun secara reguler melakukan operasi “kebebasan navigasi” melalui perairan yang disengketakan, yang ditolak oleh China karena disebut tak membantu mempromosikan perdamaian maupun stabilitas.

Di atas kapal perang AS USS Tulsa di pangkalan Angkatan Laut Changi di Singapura pada Senin (23/8), Harris mengatakan pada para pelaut AS bahwa “bagian besar sejarah abad ke-21 akan tertulis tentang kawasan ini” dan bahwa tugas mereka untuk membelanya sangatlah penting.

Pada Senin, Harris memulai kegiatannya dengan bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Mereka mendiskusikan pentingnya menjaga tatanan internasional berdasarkan peraturan dan kebebasan navigasi di kawasan Indo-Pasifik, memperluas kerja sama keamanan siber dan upaya untuk menopang rantai pasokan penting antara kedua negara.

“Kemitraan kami di Singapura, di Asia Tenggara dan di seluruh Indo-Pasifik merupakan prioritas utama untuk Amerika Serikat,” katanya pada Selasa. Dia menambahkan bahwa kawasan tersebut “sangat penting untuk keamanan dan kesejahteraan negara kami”.

Bagian dari tugasnya dalam rangkaian kunjungan ini adalah untuk meyakinkan para pemimpin di kawasan bahwa komitmen AS terhadap Asia Tenggara begitu tegas dan tidak paralel dengan Afghanistan.

Biden telah menghadapi kritik atas penanganan penatikan pasukan AS dan evakuasi yang berjalan kacau usai Afghanistan direbut oleh Taliban.

Harris mengatakan bahwa AS “sangat fokus” pada tugas untuk “mengevakuasi penduduk AS, mitra internasional, dan warga Afghanistan yang bekerja sama dengan AS dan warga Afghanistan lain yang berada di bawah risiko”.

Dia juga mengatakan bahwa AS telah mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan kelompok perdagangan Asia-Pasifik APEC pada 2023, yang mencakup AS, China, dan Jepang. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini