SuaraSulsel.id - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengeluhkan sulitnya pembiayaan oleh perbankan. Keran kredit ditutup di masa Pandemi Covid-19.
Direktur CV Coconut International Indonesia, Hasriani, curhat ke Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki.
Saat menghadiri pelepasan ekspor briket ke Timur Tengah di Kota Makassar, Senin, 31 Mei 2021. Pada kesempatan itu, Hasriani meminta agar pemerintah pusat bisa memperhatikan hal tersebut.
"Soal modal saja ini," kata Hasriani.
Baca Juga:Hari BPR-BPRS Nasional, Teten Masduki: BPR-BPRS Jadi Mitra Pelaku UMKM
Ia mengaku usaha briket-nya terpaksa ekspor tergantung dari kondisi modal saja. Padahal permintaan pasar sangat tinggi sekali.
"Paling banyak dari Timur Tengah seperti Arab dan Jordania. Jerman dan Rusia juga permintaanya tinggi. Tapi kami belum mampu penuhi," ujarnya.
Perusahaannya hanya mampu memproduksi dua kontainer. Karena kapasitas mesin yang minim. Satu kontainer nilainya 35.000 USD atau sekitar Rp 500 juta.
Padahal, kata Hasriani, satu buyer saja, bisa meminta hingga 10 hingga 20 kontainer. Contohnya dari Jerman.
Sayang terkendala ke produksi karena pembiayaan. Harusnya dengan nilai itu, perbankan tidak lagi ragu untuk memberi modal.
Baca Juga:DPR Dukung Program OJK Agar Waspada dengan Investasi Bodong
Sementara Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan sebenarnya pembiayaan banyak. Baik perbankan maupun koperasi simpan pinjam.
Beberapa perbankan bahkan over likuiditas karena peminjamnya sedikit. Yang masalah adalah mekanisme penyaluran ke UMKM.
"Perlu pendekatan baru, tidak lagi menggunakan pendekatan aset karena itu berat bagi UMKM. Ini juga tugas bagi lembaga penjaminan supaya bank-nya mau masuk," kata Teten.
Menurutnya perbankan memang terlalu takut untuk mencairkan modal bagi UMKM. Mereka tak ingin ambil risiko. Makanya yang harus didorong adalah koperasi simpan pinjam.
"Nah termasuk juga harus ada jaminan bahwa produk UMKM itu jaminan produknya ada yang menyerap dan harganya bisa bersaing sehingga ada kepastian bayar cicilan," tambahnya.
Ia mengaku perbankan mestinya bisa paling depan soal pembiayaan. Briket saja misalnya, sangat diminati oleh pangsa pasar luar negeri. Tidak mungkin UMKM tidak bisa bayar.
"Jadi nanti bahan bakunya bisa dapat dari KUR koperasi, nanti kan modal kerjanya bisa dari perbankan, kan gitu aja solusinya," tuturnya.
Teten menambahkan 17 persen UMKM yang ada ditarget bisa ekpsor. Potensi itu sangat besar sekali, termasuk untuk Sulsel.
Disini, banyak produk yang bisa didorong untuk ekspor. Tak hanya kopi. Ada juga rempah-rempah dan hasil laut.
"Harus diakui kita punya potensi ekspor yang besar tapi tidak maksimal. Kegiatan usahanya masih kecil, produksinya masih rendah. Daya saing produk kita juga masih masalah, maka peningkatan kapasitas produksi dan daya saing produk ini fokus utama yang harus dilakukan," katanya.
Masalah terbesarnya juga pada pembiayaan. Presiden RI, Joko Widodo sudah meminta ada sinergi antara kementerian, dan perbankan untuk membiayai ekspor.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing