"Saya punya minat aneh pada Islam, dan sekarang Islam adalah pandangan hidup buat saya," lanjutnya.
Padahal saat masih kecil, baginya Islam hanya sebuah minat saja. Tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang muslim.
"Saya hanya memasukkannya dalam cerita-cerita saya. Dan untuk membuat cerita-cerita saya lebih berlandaskan pada kenyataan saya rajin ke perpustakaan bagian informasi untuk membaca informasi tentang Islam. Jadi Islam sangat menarik bagi saya. Tapi, agama ini tidak berdampak pada diri saya," katanya.
Beranjak remaja menulis cerita adalah hobi utamanya temanya pun masih bernuansa agama. Namun, dalam kehidupan nyata ia merasa meski kerap menulis tentang agama, Fleur mengaku seperti hilang kedekatan dengan Tuhan.
Baca Juga:Selesai Dibimbing Jadi Mualaf, Gus Miftah Terkejut Bocah Ini Hafal Sholawat
"Lalu saya masuk SMA dan seperti saya bilang, di desa saya tak ada satu muslim pun. Tak ada agama di lingkaran kehidupan langsung saya dan saya hilang hubungan dengan Tuhan," terangnya.
Beberapa tahun kemudian, Fleur kuliah di salah satu kota besar. Di sana, pertama kali baginya bertemu dengan muslim di kehidupan nyata.
"Ya. Setidaknya orang mengaku muslim," tuturnya.
Disitu ia merasa bingung. Sebab, tidak semua yang dibayangkannya tentang Islam cocok dengan kehidupan nyata. Bahkan jauh dari harapan, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dia yakini.
"Jadi, pada waktu itu Islam jauh dari harapan saya. Dan Islam di media pun memperparah harapan saya," katanya.
Baca Juga:Harini Sondakh Digosipkan Jadi Mualaf, Begini Faktanya
Meski demikian, ia mengaku bahwa harapan tentang Islam tidak sirna sama sekali. Bahkan hal itu justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang Islam. Tapi, ia tak tahu harus bertanya kepada siapa.