SuaraSulsel.id - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengecam aksi teror pembunuhan dan pembakaran rumah ibadah yang dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT pimpinan Ali Kalora di Lewonu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka meminta aparat untuk segera menangkap pelaku teror.
Ketua KWI Kardinal Ignatius Suharyo menyatakan, bahwa gereja dan umat Katolik mengecam keras tindakan tidak manusiawi tersebut.
"Tindakan penyerangan dan kekerasan tersebut sungguh-sungguh tidak beradab dan sangat bertentangan dengan nilai agama dan nilai kemanusiaan universal," kata Kardinal Suharyo dalam keterangannya, Rabu (2/12/2020).
KWI juga mengucapkan duka cita terhadap seluruh korban dan keluarga serta jemaat yang ikut terdampak peristiwa keji ini.
Baca Juga:Satgas Tinombala Memburu Ali Kalora hingga ke Hutan Rimba
"Mendoakan semoga saudara-saudari yang meninggal berbahagia abadi bersama Allah Bapa di surga dan keluarga yang di tinggalkan memperoleh penghiburan kasih dari Allah," ucapnya.
Meski geram, Kardinal Suharyo meminta seluruh masyarakat untuk tenang dan mempercayakan kasus ini kepada aparat yang berwenang.
"KWI berharap peristiwa di Lewonu ini tidak merusak atau melemahkan hubungan antar umat beragama dan kepercayaan yang selama ini kita bangun, kita rawat, dan kita kembangkan," imbuh Kardinal Suharyo.
Sebelumnya, kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur alias MIT pimpinan Ali Kalora membunuh empat orang yang merupakan satu keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Keempat warga yang dibunuh hari Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00 WITA tersebut, di antaranya dipenggal dan satu dibakar.
Baca Juga:Satgas Tinombala Buru Teroris Ali Kalora Cs ke Tiga Wilayah Pegunungan
Korban teridentifikasi sebagai Yasa, menantunya bernama Pinu, dan dua anggota keluarga lain: Pedi dan Naka. Mereka adalah anggota jemaat Pos Pelayanan Gereja Bala Keselamatan.
"Berdasarkan keterangan saksi, diduga pelaku penyerangan adalah DPO kelompok MIT. Itu setelah kami perlihatkan foto 11 DPO kepada saksi, ada tiga yang dikenali, salah satunya Ali Kalora," kata Kabid Humas Polda Sulteng Komisaris Besar Didik Suparnoto, Sabtu (28/11/2020).
Namun, ia menegaskan, kelompok MIT Ali Kalora menyerang secara random atau acak, tidak benar-benar mengarah ke satu kelompok tertentu.
"Ya, namanya teroris, mereka menyerang untuk menakut-nakuti. Melakukan serangan acak, antara MIT dan satu keluarga yang meninggal tidak ada hubungan atau persinggungan apapun," kata dia.