Pelecehan Seksual di Kampus UIN Alauddin Terus Berulang, Ini Kata Psikolog

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin kembali menjadi perbincangan. Pasalnya, banyak mahasiswi yang menuntut ilmu di kampus tersebut sering menjadi korban pelecehan

Muhammad Yunus
Kamis, 01 Oktober 2020 | 10:51 WIB
Pelecehan Seksual di Kampus UIN Alauddin Terus Berulang, Ini Kata Psikolog
Ilustrasi pelecehan seksual (Pixabay).

Sehingga, dorongan-dorongan untuk melakukan pelecehan tidak diterapkan dan hanya menjadi sebatas bayangan-bayangan saja.

Dari pengalaman Budhy selama mengajar di UIN Alauddin, ia menyebut mahasiswa yang berada di sejumlah fakultas mayoritas kebanyakan perempuan dibandingkan laki-laki.

Oleh karena itu, ia berasumsi bahwa salah satu stimulus atau perangsang terjadinya potensi pelecehan di kampus negeri tersebut banyak yang muncul akibat imajinasi liar.

Belum lagi, sejumlah mahasiswi yang memakai jilbab di kampus itu cenderung hanya sekedar menutup dan sebagai syarat dalam mengikuti pembelajaran mata kuliah saja. Tetapi, lekukan-lekukan tubuhnya masih tetap kelihatan.

Baca Juga:3 Fakta Teror Alat Vital Pria via Video Call WhatsApp ke Mahasiswi UIN

"Saya juga pernah mengajar dulu di situ (UIN Makassar), dan memang masih kelihatan betisnya, kemudian jilbabnya juga jilbab segitiga. Yang kalau dia bergerak sedikit kelihatan bagian dadanya. Sedangkan yang pakai jilbab besar saja, kita yang laki-laki bisa membayangkan apa yang ada di balik itu," ungkap Budhy.

"Perilaku itu ada sifatnya juga seperti mengimitasi. Kalau misalnya, dia pernah lihat orang melakukan hal tersebut (pelecehan), dia berusaha untuk mencoba itu. Bisa saja seperti itu imajinasi liar," kata Andi Budhy.

Selain itu, potensi pelecehan juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak kampus. Dimana, UIN Alauddin Makassar yang diketahui memiliki area lahan yang cukup luas, tetapi penjagaannya kurang ketat.

Namun, karena tidak memiliki cukup banyak data dan bertemu langsung dengan orang-orang yang terlibat kasus pelecehan, sehingga Andi Budhy mengaku pernyataan yang dikeluarkan itu kebanyakan asumsi dan opini.

"Penjagaannya juga tidak banyak. Biasanya cuma di pintu masuk dan keluar saja. Setahu saya, karena saya pernah ke situ dan yang saya amati begitu. Kemudian memang mahasiswa yang saya lihat dulu di situ bebas bekeliaran di kampus, kantin di belakang dan rumah-rumah penduduk. Jadi kalau dibilang dari segi kurang pengawasan mungkin iya," papar Budhy.

Baca Juga:Kisah LI, Mahasiswi UIN Korban Teror Alat Vital Pria di Video Call WhatsApp

Budhy menjelaskan untuk bentuk-bentuk pelecehan sejatinya memiliki tingkatan. Dari empat kasus pelecehan di UIN Alauddin Makassar yang terekspos, tiga diantaranya, yaitu pemasangan kamera GoPro di toilet wanita, begal payudara, pelecehan oknum CPNS Dosen terhadap mahasiswa masuk dalam kategori pelecehan seksual.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini