SuaraSulsel.id - Tempat penginapan di Kota Semarang ini bisa disebut penginapan paling murah atau low budget di Indonesia. Untuk istirahat satu malam, pengunjung hanya membayar Rp 3 ribu.
Tak perlu khawatir. Meski murah, di tempat tersebut sudah disediakan kamar mandi, lemari dan teman tidur.
Penginapan tersebut bernama Pondok Boro. Tempatnya cukup mudah untuk ditemukan karena berada di tengah kota. Lebih lengkapnya, Pondok Boro berada di Kampung Sumeneban Nomor 144.
Sebagian besar, penginapan tersebut dihuni oleh orang-orang dari luar kota. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh panggul di pasar dan pedagang keliling yang sedang merantau ke Kota Semarang.
Baca Juga:Liga 1 Segera Bergulir, PSIS Semarang Tak Tambah Pemain
Perantau asal Sragen, Sutrisno, 57, mengatakan, sejak 1996 dirinya telah tinggal di tempat tersebut. Pondok Boro sebagai pilihan karena dianggap paling murah dan nyaman. Meski di tengah kota, ia merasa tak kepanasan.
"Di sini enak, murah dan tidak panas meski di tengah kota," jelasnya kepada suara.com, Kamis (24/9/2020).
Saat menginap di Pondok Boro pertama kali, Sutrisno hanya membayar Rp3 ratus rupiah. Namun, semakin taun untuk menginap di Pondok Boro biayanya semakin bertambah.
Meski begitu, tempat tersebut masih menjadi pilihannya karena lebih murah dibanding lainnya.
"Dulu itu pernah, Rp3 ratus rupiah, Rp5 ratus rupiah, Rp8 ratus rupiah, Rp1 ribu, Rp2 ribu dan terakhir ini Rp3 ribu," ucapnya.
Baca Juga:Punya Teknik Lemparan Langka, Bintang Muda PSIS Ingin Berkarier di Eropa
Dengan begitu, ia bisa menyimpan lebih banyak penghasilannya untuk dibawa pulang ke Sragen. Satu minggu satu kali, biasanya Sutrisno pulang ke Sragen untuk memberi uang kepada keluarganya.
"Tidak apa-apa tinggal di Pondok Boro, kalau tidak ada tempat ini mungkin gaji saya sudah habis untuk hidup saya sendiri. Tak sempat saya berikan ke keluarga," imbuhnya.
Perantau asal Kebumen, Karijan, 80, mengaku sudah lupa sejak kapan ia tinggal di Pondok Boro. Pastinya, ia sudah tinggal bertahun-tahun di tempat tersebut. Pertama kali Karijan tinggal di Pondok Boro saat harga sewa masih Rp3 ratus rupiah.
"Wah saya sudah lupa kapan saya mau tinggal di sini," paparnya.
Sebelum Pasar Johar pindah, Karijan bekerja sebagai tukang pinggul. Kadang-kadang ia juga banting setir sebagai tukang bangunan jika sedang sepi. Namun, di sisa usianya saat ini, Karijan memilih pekerjan-pekerjaan yang ringan saja.
"Sudah ga kuat kalau kerja yang berat-berat. Cari yang ringan saja seperti jualan es atau apa gitu," katanya.
Karena harganya yang murah, selama ia tinggal di Pondok Boro tak pernah ada pengunjung sepi. Sampai saat ini ratusan lebih perantau dari berbagai kota memilih tempat tersebut untuk tinggal.
"Kalau sekarang sekitar 140 orang yang tinggal di sini. Kalau malam ramai, kalau siang-siang kayak gini pada kerja," ucapnya.