Muhammad Yunus
Rabu, 19 November 2025 | 14:24 WIB
Ratusan aparat TNI dan Polisi berjaga di kampung Sapiria dan Borta, Kecamatan Tallo, Makassar. Usai perang antarkampung yang menewaskan satu orang [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Ratusan aparat gabungan TNI dan Polri menggelar operasi penyisiran di Kampung Borta dan Sapiria, Makassar, pada Rabu dini hari setelah bentrokan menyebabkan tujuh rumah terbakar dan korban jiwa.
  • Penyisiran ini bertujuan mencari pelaku tawuran dan provokator, di mana beberapa terduga serta barang bukti seperti senjata dan alat sabu berhasil diamankan aparat gabungan.
  • Pemicu kekacauan terbaru adalah tewasnya seorang pemuda bernama Civas usai pemakaman, yang kemudian memicu serangan balasan berujung pembakaran tujuh rumah warga di sekitar TPU Beroangin.

SuaraSulsel.id - Ratusan aparat gabungan TNI dan Polri melakukan operasi penyisiran di dua kampung di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Rabu, 19 November 2025 dini hari.

Operasi besar-besaran ini digelar setelah bentrokan antarwarga kembali pecah dan memicu pembakaran tujuh rumah serta menimbulkan korban jiwa.

Penyisiran dilakukan menyasar dua titik utama yang selama ini menjadi lokasi bentrokan berkepanjangan, yakni Kampung Borta dan Kampung Sapiria.

Anggota TNI, Polsek Tallo, Sabhara Polrestabes Makassar, serta Brimob Polda Sulsel bergerak menyusuri gang-gang sempit untuk mencari pelaku dan mengamankan barang bukti.

Beberapa orang yang diduga terlibat tawuran berhasil diamankan dari operasi tersebut. Termasuk mereka yang ditengarai berperan sebagai provokator.

Aparat juga menyita alat hisap sabu, busur, parang, serta sejumlah barang berbahaya lainnya.

Pelaksana Harian Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Muh Ridwan menegaskan operasi tidak berhenti pada penangkapan awal.

Salah satu yang ditangkap adalah warga yang diduga menembakkan senapan angin hingga menewaskan seorang pemuda dari Sapiria.

"Kami melakukan penyisiran sekaligus mencari para pelaku tawuran, termasuk beberapa yang diduga provokator. Pengembangan masih berjalan," ujarnya.

Baca Juga: Bos Geng Sapiria Tewas Ditembak, Pria Bertopeng Bakar Rumah dan Kendaraan di Makassar

Diketahui, aksi penembakan inilah yang kemudian menyulut kemarahan kelompok lawan.

Balas dendam pun terjadi dan berujung pada pembakaran rumah warga di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Beroangin pada Selasa siang.

Ridwan menyebut polisi telah mengantongi identitas pelaku lainnya berdasarkan keterangan lapangan.

"Nama-nama sudah kami dapatkan. Saat ini kami terus melakukan pengejaran," ucapnya.

Ia juga memastikan aparat gabungan tetap disiagakan untuk mengantisipasi bentrokan susulan.

Seluruh terduga pelaku beserta barang bukti kini diamankan di Polrestabes Makassar untuk pemeriksaan lanjutan. Hingga Rabu (19/11) siang, ratusan aparat TNI dan Polisi masih berjaga di dua lokasi tersebut.

"Wilayah sudah relatif aman meski sempat terjadi beberapa gangguan. Penebalan pasukan tetap dilakukan," sebutnya.

Tawuran Pecah Usai Pemakaman, Tujuh Rumah Dibakar

Kekacauan bermula pada Selasa, 18 November 2025 sekitar pukul 13.30 Wita. Tak lama setelah pemuda Sapiria bernama Nur Syam atau Civas dimakamkan.

Pemuda tersebut sebelumnya dilaporkan tewas karena diduga terkena tembakan senapan angin di bagian kepala saat bentrokan antarwarga pecah sehari sebelumnya.

Setelah prosesi pemakaman selesai, situasi di sekitar TPU Beroangin berubah panas.

Dua kelompok kembali saling serang menggunakan batu, busur, hingga petasan.

Di tengah situasi yang tak terkendali, api tiba-tiba muncul dari permukiman padat di sekitar lokasi.
Dalam hitungan menit, kobaran api melalap tujuh rumah warga.

Kepala Bidang Operasi Pemadam Kebakaran Makassar, Cakrawala, mengatakan pihaknya sebenarnya sudah menerima informasi awal mengenai potensi bentrokan.

Damkar bahkan telah menempatkan armada di sekitar TPU untuk antisipasi. Namun ketika laporan kebakaran masuk, situasi sudah sangat kacau.

"Pada saat informasi masuk, kebakaran sudah terjadi. Armada bergerak, tapi situasinya sangat krusial," kata Cakrawala.

Tawuran yang masih berlangsung serta padatnya warga membuat akses ke titik api terhambat.
Sebanyak 14 armada dikerahkan dari berbagai pos untuk mencegah api merembet lebih luas.

Meski begitu, tujuh bangunan tetap ludes.

"Pendataan lengkap akan dilakukan BPBD, sementara tujuh petak rumah dilaporkan terbakar," ujarnya.

Cakrawala menduga kebakaran tersebut disengaja. Petugas menemukan sejumlah jeriken berisi bahan bakar di sekitar lokasi.

"Memang saat tawuran berlangsung banyak terdengar ledakan petasan. Soal korban jiwa dari kebakaran belum ada laporan," katanya.

Panglima Perang Tewas Tertembak

Kematian Civas, pemuda yang disebut-sebut sebagai "panglima perang" Sapiria, menjadi pemicu terbaru rentetan bentrokan lama tersebut.

Pesan berantai di aplikasi WhatsApp menyebarkan kabar kematian itu dan memperingatkan warga agar tidak melintas di sekitar Beroangin karena dikhawatirkan terjadi serangan balasan besar-besaran.

Kapolsek Tallo, Kompol Syamsuardi, membenarkan bahwa satu orang tewas dalam bentrokan itu.

"Iya ada, satu orang meninggal," katanya.

Namun polisi masih mendalami penyebab pasti kematian korban.

"Masih penyelidikan apakah peluru senapan angin atau penyebab lain," ucap Syamsuardi.

Bentrokan antarwarga di Kecamatan Tallo sejatinya bukan hal baru.

Sejak akhir 1980-an, perang kelompok antara sejumlah kampung seperti Sapiria, Borta, Jalan Lembo, Jalan Tinumbu, dan beberapa wilayah lain terus berulang. Dendam lama dan solidaritas kelompok membuat konflik mudah tersulut kembali.

Belakangan muncul spekulasi lain bahwa bentrokan menjadi kedok untuk mengalihkan perhatian dari peredaran narkotika di kawasan tersebut.

Meski demikian, polisi belum memberikan pernyataan resmi mengenai dugaan itu.

Berbagai upaya sebenarnya telah ditempuh untuk meredam konflik. Mulai dari mediasi antarwarga, pertemuan tokoh masyarakat, kegiatan Ngopi Kamtibmas, hingga penempatan posko keamanan bersama TNI, Brimob, dan Satpol PP. Namun ketika posko itu ditarik, ketegangan kembali muncul.

Sebagian warga bahkan menganggap bentrokan sebagai "rutinitas" dan menjadikannya konten siaran langsung di TikTok.

Polisi pun kerap menghadapi perlawanan dari kelompok ibu-ibu yang enggan anaknya ditangkap.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More