Muhammad Yunus
Rabu, 24 September 2025 | 10:01 WIB
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin berusaha meredam bentrokan warga di Kecamatan Tallo, Selasa malam 23 September 2025 [Suara.com/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Konflik antar-lorong itu diwariskan turun-temurun
  • Bentrokan kerap meluas, memakan korban luka, bahkan menelan kerugian material
  • Adanya indikasi bandar narkoba yang sengaja memprovokasi tawuran demi mengaburkan aktivitas ilegal mereka

SuaraSulsel.id - Malam itu, Selasa (23/9/2025), suasana di Jalan Kandea III, Kecamatan Tallo, terasa mencekam.

Api membakar rumah-rumah warga, satu mobil hangus, dan suara sirene damkar bersahutan dengan teriakan warga.

Tawuran antarkelompok pemuda kembali pecah, meluas ke Jalan Tinumbu Lorong 148 hingga Jalan Layang.

Namun, bagi warga setempat, peristiwa ini bukanlah kejadian baru.

Luka lama itu kembali terbuka—sebuah konflik sosial yang telah bersemayam lebih dari tiga dekade.

Akar Konflik Sejak 1980-an

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, mengungkapkan konflik di kawasan ini bukan persoalan sepele.

“Ini sebenarnya masih satu kelurahan, hanya beda lorong. Tapi perselisihannya sudah ada sejak tahun 1980-an,” katanya.

Konflik antar-lorong itu diwariskan turun-temurun. Perselisihan kecil, dari masalah gengsi hingga benturan sosial, kerap memantik api.

Baca Juga: Bentrok Warga Makassar: Rumah Dibakar, Korban Berjatuhan, Ada Aktor Intelektual?

Setiap kali ada pemicu—baik karena provokasi, dendam lama, atau isu baru—konflik kembali pecah.

Seiring waktu, tawuran itu bahkan dianggap “tradisi” oleh sebagian kalangan pemuda, yang tumbuh dengan cerita lama permusuhan antar-lorong.

Personil Satpol PP Makassar bersama TNI dan Polri melakukan penjagaan di lokasi perang kelompok, Kecamatan Tallo, Makassar, Selasa malam 23 September 2025 [Suara.com/Istimewa]

Api yang Terus Menyala

Sejarah panjang ini membuat tawuran di Tallo nyaris selalu berulang.

Dari catatan warga, bentrokan kerap meluas, memakan korban luka, bahkan menelan kerugian material.

Kali ini, lima rumah terbakar, dua sepeda motor dan satu mobil hancur, sementara empat orang dilaporkan luka-luka.

Danton 4 Damkarmat Makassar, Wahyu, menyebut tim damkar sempat kesulitan menembus lokasi kebakaran.

“Bentrok masih berlangsung, jadi kami terhambat. Baru setelah polisi membubarkan massa dengan kendaraan taktis, 21 armada damkar bisa masuk,” ujarnya.

Upaya Damai yang Berulang

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin atau Appi, yang turun langsung ke lokasi, menyatakan keprihatinannya.

Ia bersama Kapolrestabes dan Dandim 1408/Makassar sepakat mendirikan posko penjagaan bersama untuk mencegah bentrokan susulan.

“Harapan kita, semua elemen harus bergerak bersama menjaga keamanan. Tindakan seperti ini tidak boleh terulang lagi, harus ada solusi dan penindakan tegas,” tegas Appi.

Sebanyak 40 Satpol PP diturunkan untuk membantu TNI-Polri berjaga di titik rawan.

Pemkot Makassar juga mendirikan posko sementara bagi warga terdampak kebakaran, lengkap dengan bantuan logistik.

Meski begitu, warga masih dihantui rasa takut. Seperti yang sering terjadi dalam sejarah panjang konflik Tallo, setiap upaya damai kerap berhenti di tengah jalan.

Dua kelompok dari Kelurahan Layang dan Kelurahan Bunga Eja Beru, Sabtu (7/9/2025), saling serang menggunakan busur (Panah) [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Dugaan Motif Baru: Narkoba

Polisi menduga konflik lama ini kini ikut diperparah faktor lain.

Kapolrestabes Arya menyebut adanya indikasi bandar narkoba yang sengaja memprovokasi tawuran demi mengaburkan aktivitas ilegal mereka.

“Pelakunya masih kita dalami. Karena ini massa besar, bisa jadi ada yang memprovokasi. Dugaan keterlibatan bandar narkoba juga akan kami telusuri,” tegasnya.

Siklus Kekerasan yang Tak Selesai

Tawuran Tallo bukan sekadar soal lorong atau gengsi, tetapi simbol kegagalan menyelesaikan konflik sosial sejak puluhan tahun lalu.

Selama lebih dari tiga dekade, generasi berganti, tapi api kebencian tetap diwariskan.

Kini, dengan korban dan kerugian material yang kembali muncul, pertanyaan besar mengemuka.

Akankah siklus kekerasan ini benar-benar berakhir, atau hanya mereda untuk sementara sebelum kembali pecah?

Load More