Muhammad Yunus
Selasa, 02 September 2025 | 16:16 WIB
70 mobil dibakar massa di Kantor DPRD Makassar [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sulawesi Selatan berhasil menangkap 10 terduga pelaku kerusuhan, pembakaran, hingga penjarahan yang terjadi di Kota Makassar pada Jumat, 29 Agustus 2025 malam.

Penangkapan ini menjadi langkah awal kepolisian dalam mengusut tuntas tragedi yang meluluhlantakkan dua kantor dewan perwakilan rakyat sekaligus.

"Berdasarkan hasil kerja tim ada 10 orang yang kita amankan. Mereka statusnya calon tersangka maupun sudah tersangka," kata Direktur Reskrimum Polda Sulsel, Kombes Pol Setiadi Sulaksono, Selasa, 2 September 2025.

Menurut Setiadi, para pelaku yang ditangkap memiliki peran berbeda-beda. Sebagian terlibat langsung dalam aksi pembakaran dan pengrusakan fasilitas DPRD Kota Makassar maupun DPRD Provinsi Sulsel.

Sebagian lainnya kedapatan melakukan penjarahan di sekitar lokasi kejadian.

Namun yang paling mengkhawatirkan, kata dia, adalah ada satu pelaku yang berperan sebagai provokator. Perannya cukup dominan dalam mengompori dan mengarahkan situasi ke arah kerusuhan.

"Ada satu pelaku yang mempengaruhi massa untuk melakukan tindakan makar," ujarnya.

Namun, polisi masih enggan merilis identitas para pelaku. Kata Setiadi, pihaknya masih melakukan pencarian untuk sejumlah nama yang masuk dalam daftar pencarian orang.

Penelusuran tidak berhenti pada 10 orang yang sudah diamankan.

Baca Juga: Anggota DPRD Sulsel Akan Berkantor di Sudiang

"Tim kami masih terus bekerja. Updatenya akan kami sampaikan secara berkala. Pengembangan tetap dilakukan untuk memastikan aktor-aktor lain bisa terungkap," tegas Setiadi.

Sehari sebelumnya, aparat gabungan sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di dua titik utama, yakni Gedung DPRD Kota Makassar dan DPRD Provinsi Sulsel.

Dari hasil penyelidikan, polisi menemukan sejumlah barang bukti yang diduga digunakan massa untuk melancarkan aksinya.

Termasuk senjata tajam jenis parang serta pecahan botol yang digunakan sebagai bom molotov.

Diketahui, kerusuhan berdarah di Makassar bermula dari aksi solidaritas atas tewasnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang dilindas mobil baracuda Brimob Polri dalam sebuah insiden sebelumnya di Jakarta.

Sejak Jumat siang, massa sudah menggelar aksi di sejumlah titik. Mulai dari depan kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Negeri Makassar (UNM), hingga Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh).

Awalnya, aksi berlangsung damai. Massa berorasi dan menuntut keadilan atas kematian Affan.

Namun, situasi berubah drastis saat malam menjelang.

Sekitar pukul 20.30 Wita, sekelompok orang misterius membakar Pos Polisi Lalu Lintas di pertigaan Jalan AP Pettarani-Jalan Sultan Alauddin.

Api berkobar cepat menjadi tanda dimulainya malam penuh teror.

Tak lama berselang, massa bergerak ke Kantor DPRD Kota Makassar. Pagar dirusak. Enam motor yang terparkir di area kantor diseret ke jalan dan dibakar.

Asap hitam pekat membubung tinggi. Puluhan orang kemudian melakukan penjarahan, sementara kelompok lain melemparkan bom molotov ke arah gedung.

Api semakin tak terkendali, hingga sekitar pukul 22.50 Wita. Gedung DPRD Kota Makassar seketika dilalap api nyaris tanpa sisa.

Kerusuhan tak berhenti di sana. Titik panas baru kembali muncul di kawasan Fly Over Makassar. Dua mobil dibakar tepat di area sekitar Kejaksaan Tinggi Sulsel.

Sekitar pukul 23.30 Wita, giliran Pos Polantas di bawah Fly Over ikut menjadi sasaran amukan massa.

Gelombang amarah semakin meluas. Massa kemudian bergerak ke Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

Mereka merusak pagar utama, memecahkan kaca jendela, dan membakar gedung hingga api membubung hebat pada Sabtu dini hari sekitar pukul 00.30 Wita.

Seluruh peristiwa itu berlangsung tanpa kehadiran aparat keamanan berseragam di lapangan. Kerusuhan seolah dibiarkan tanpa kendali pengamanan.

Sekitar pukul 00.05 Wita, Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman turun langsung ke lapangan.

Dengan pengawalan ketat anggota TNI, ia menemui massa di Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan AP Pettarani menyampaikan imbauan agar mereka menghentikan aksi dan kembali ke rumah masing-masing.

Namun api sudah terlanjur berkobar. Gedung DPRD nyaris tak tersisa. Upaya pemadam kebakaran baru membuahkan hasil pada keesokan paginya, ketika api berhasil dipadamkan sepenuhnya.

Empat orang meninggal dunia dalam peristiwa itu.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More