Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 09 Mei 2025 | 12:52 WIB
Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Selatan Asrul Sani [SuaraSulsel.id/Humas Pemprov Sulsel]

"Berdasarkan sektor utama, sektor primer, yaitu yang langsung diambil dari alam seperti rumput laut dan ikan, sebesar Rp1 triliun atau 25 persen. Sektor sekunder, seperti industri pengolahan makanan dan nikel, sebesar Rp1 triliun lebih atau 26 persen," terang Asrul.

Selanjutnya, investasi berdasarkan negara investor masih didominasi oleh Kanada, khususnya di wilayah Timur sebesar Rp435 miliar.

Kedua dari Australia sebesar Rp329 miliar, ketiga dari Tiongkok sebesar Rp300 miliar.

Keempat dari Malaysia sebesar Rp232 miliar, dan kelima dari Hongkong sebesar Rp108 miliar.

Baca Juga: May Day di Sulsel Damai: Pemerintah Buka Dialog Dengan Buruh

Asrul menjelaskan dalam lima tahun terakhir investasi asing di Sulsel masih stagnan.

Rata-rata hanya pengembangan infrastruktur dari industri atau penanaman modal yang sudah ada sebelumnya.

Selama ini yang masih masif dan terus berkembang adalah usaha menengah dari pengusaha dalam negeri.

Namun, ia menyebut ada Kawasan Industri Huali di Luwu Timur yang segera buka.

Di sana merupakan kawasan yang bakal mendirikan banyak tenant, dan didalamnya juga ada smelter.

Baca Juga: Sulsel Gaspol Koperasi Merah Putih, Dukung Ekonomi Desa dan Indonesia Emas 2045

"Kawasan Industri Bantaeng juga kita berharap bisa berjalan karena ini menjadi proyek strategis nasional. Kalau kawasan industri kan dia mengelola kawasannya, nanti ada tenant-tenant masuk, seperti Kima banyak investor di dalam," urainya.

Load More