Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 07 April 2025 | 12:50 WIB
Polisi melakukan olah TKP pengrusakan rumah oleh ratusan warga di kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Ratusan warga dan keluarga dari seorang wanita di kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, mengamuk dan merusak sebuah rumah milik Feri Daeng Situju (45 tahun).

Penyebabnya karena uang panaik atau mahar sebesar Rp100 juta yang dijanjikan anak Feri, Miko, tak kunjung disetor ke calon mempelai wanita.

Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu, 5 April 2025 malam di Dusun Embo Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto.

"Saat kejadian di lokasi ada polisi tapi kita tidak bisa halau karena jumlah massa banyak sekali. Kurang lebih ada 200 orang itu pakai mobil, motor, ada juga pakai truk," kata Kapolsek Tamalatea, AKP Suardi saat dihubungi, Senin, 7 April 2025.

Baca Juga: Video Bupati Jeneponto Tantang Duel & Ancam Bunuh Warga Viral, Gubernur Sulsel Turun Tangan

Ia mengatakan, insiden ini bermula saat keluarga pria diduga membatalkan secara sepihak. Rencana lamaran yang sudah disepakati bersama sebelumnya.

"Keluarga pria secara sepihak membatalkan datang melamar sekaligus batal membawa uang panaik yang sudah di sepakati sebelumnya," jelasnya.

Uang panaik adalah simbol pemberian penghargaan kepada calon istri yang diberikan oleh laki-laki yang ingin meminangnya.

Secara filosofis, tradisi pemberian uang panai memiliki tujuan untuk melihat kesungguhan dan kerja keras dari calon suami untuk meminang calon istrinya.

Umumnya, pihak laki-laki akan memberi uang panai sebagai bentuk tanggungan biaya pesta untuk pernikahan. Sekaligus sebagai bekal untuk kehidupan sang istri di masa depan.

Baca Juga: Bling-Bling dari Tanah Suci, Tradisi Glamor Jemaah Haji Jeneponto Curi Perhatian

Malangnya, sang pria bernama Miko itu malah kabur jelang hari lamaran. Padahal, Miko telah berjanji membawa keluarganya serta uang panaik ratusan juta untuk menemui wanitanya.

"Iya, kesepakatan mereka sebelumnya uang panaik Rp100 juta. Tapi saat jadwal bawa uang belanja, tidak ada yang datang," sebutnya.

Hal tersebut, kata Suardi, yang bikin keluarga pihak wanita semakin meradang. Apalagi sejumlah persiapan sudah dilakukan oleh keluarga wanita.

"Tapi setelah dikonfirmasi ternyata pria ini sudah tidak ada di kampungnya atau sudah meninggalkan rumahnya. Sehingga pihak keluarga perempuan merasa sangat malu (Siri')," jelas Suardi.

Karena merasa malu, keluarga pihak wanita datang mengamuk dan merusak rumah kekasihnya itu. Mereka melempari rumah Miko dengan batu dan merusak dindingnya.

Beruntung saat kejadian rumah tersebut sudah dalam keadaan kosong.

Ia melanjutkan, polisi sudah berusaha untuk melakukan mediasi kepada kedua pihak. Namun, keluarga pria bersikeras membawa kasus ini ke ranah hukum.

"Sedang dalam penyelidikan dan ditangani Polres. Saya sempat singgung (ke keluarga pria) bagaimana, masih ada kira-kira untuk baik ini. Dia bilang sudah tidak ada jalan karena anaknya saja sudah pergi, tidak tahu pergi kemana karena sudah tidak bisa dihubungi, hp-nya sudah dimatikan," jelas Suardi.

Saat ini, kondisi terkini di lokasi kejadian sudah dalam keadaan kondusif. Suardi menyebut, sejumlah petugas diturunkan untuk mengantisipasi adanya aksi balas dendam.

Kasus ini tengah diusut pihak kepolisian karena keluarga pria melaporkan kerugian yang dialami diperkirakan mencapai Rp50 juta.

"Itu tadi saya sampaikan ke pihak laki-laki, saya minta jangan ada gerakan-gerakan lagi karena ini sementara ditangani sama Polres," tegasnya.

"Jadi saya bilang kalau kita ada gerakan lagi pasti masalah baru lagi. Pihak pria siap dan janji tidak ada gerakan lagi. Identitas pelaku (pengrusakan) saat ini dalam lidik," ucapnya.

Tradisi Uang Panai

Sebagai informasi tambahan, besaran uang panai berkaitan erat dengan martabat atau harga diri dari keluarga perempuan.

Dalam bahasa Bugis, hal tersebut dikenal dengan istilah Siri.

Maka, jumlah uang panai akan ditentukan oleh pihak keluarga perempuan. Biasanya, kedua keluarga mempelai akan berdiskusi terkait besaran uang panai yang harus dibayar oleh calon suami.

Semakin besar nominal uang panai yang diberikan, maka keluarga tersebut akan mendapatkan citra baik di mata masyarakat.

Oleh karena itu, uang panai juga menjadi ajang adu gengsi, sehingga calon mempelai pria pun memaksakan diri untuk memberikan uang panai dengan jumlah yang besar, demi memenuhi tuntutan dan ekspektasi beberapa pihak.

Load More