Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 26 Maret 2025 | 22:27 WIB
Sejumlah warga binaan mengikuti penerapan bacaan Al Quran one day one juz melalui program bertajuk 'Menggali Potensi Kognitif Warga Binaan dalam Menghafal Al Quran' dipandu Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) di Masjid Nurul Iman, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/3/2025) [SuaraSulsel.id/ANTARA/HO-Dokumentasi Rutan Makassar]

SuaraSulsel.id - Di balik tembok tebal Rutan Kelas I Makassar, secercah harapan tumbuh melalui program unik.

Bertajuk Menggali Potensi Kognitif Warga Binaan dalam Menghafal Al-Qur’an melalui Metode One Day One Ayat.

Program ini bertujuan mencetak tahfidz dari kalangan warga binaan, memberi mereka kesempatan.

Untuk lebih mendalami ajaran agama dan menemukan makna baru dalam hidup mereka.

Baca Juga: Umat Kristen di Makassar Bagi Takjil: Bukti Toleransi yang Menyentuh Hati di Bulan Ramadan

"Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi mereka. Setidaknya, setelah keluar nanti ada perubahan dalam diri mereka, dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu," ujar Kepala Rutan Kelas I Makassar, Jayadikusumah, Rabu, 26 Maret 2025.

Memanfaatkan Potensi Kognitif Warga Binaan

Program ini terwujud berkat kerja sama dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM).

Para mahasiswa merancang metode khusus untuk membantu warga binaan dalam menghafal Al-Qur’an dengan memanfaatkan daya ingat dan potensi kognitif mereka.

Pendekatan ini diharapkan bisa menjadi bekal berharga bagi mereka setelah bebas nanti.

Baca Juga: "Toleransi Menyentuh Hati: Kisah Dai di Toraja Utara Buktikan Indahnya Keberagaman"

Sebanyak 20 warga binaan yang tergabung dalam kepengurusan Masjid Nurul Iman Rutan Kelas I Makassar terlibat langsung dalam program ini.

Tidak hanya menghafal, mereka juga berperan sebagai pengajar dalam program Pendidikan Al-Qur’an Orang Dewasa (Dirosa).

Mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an kepada rekan sesama warga binaan di tiap blok.

"Insya Allah, kegiatan ini akan terus berlanjut. Mahasiswa magang dari Fakultas Psikologi UNM akan berada di sini selama enam bulan. Kami juga akan terus merekrut warga binaan lain untuk ikut serta dalam program ini," jelas Jayadi.

Menjadikan Hafalan Al-Qur’an sebagai Bekal Hidup

Jayadi berharap program ini bisa memberikan dampak positif yang nyata bagi warga binaan, baik selama menjalani masa tahanan maupun setelah bebas.

Dengan keterampilan menghafal dan memahami Al-Qur’an, mereka diharapkan memiliki bekal spiritual yang lebih kuat untuk menjalani hidup yang lebih baik di luar rutan.

Selain program One Day One Ayat, warga binaan juga telah lebih dulu mengikuti program Dirosa.

Selama bulan Ramadan, berbagai kegiatan keagamaan digelar di rutan, seperti pesantren kilat, kajian Ramadan, tadarus, dan shalat tarawih berjamaah.

Bahkan, beberapa warga binaan dipercaya menjadi imam shalat tarawih saat tidak ada ustaz yang datang.

"Untuk program tahfidz ini, kegiatan rutin dilakukan setiap hari menjelang berbuka puasa. Ini menjadi bagian dari pembiasaan agar hafalan mereka semakin kuat," ungkap Kepala Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Rutan Makassar, Abd Jalil.

Metode Unik: Menghafal Lewat Suara dan Penglihatan

Salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi UNM yang terlibat, Nur Lathifah Dzakiyyah Aqilah, menjelaskan bahwa dalam program ini diterapkan dua metode utama dalam menghafal, yaitu melalui suara dan penglihatan.

"Warga binaan diperdengarkan ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, yang diputar sebanyak tiga kali. Kemudian, ayat tersebut ditulis di atas kertas dan dibaca ulang sebanyak 10 hingga 20 kali. Dari sini, kami bisa mengidentifikasi apakah mereka lebih mudah menghafal melalui pendengaran atau penglihatan," paparnya.

Metode ini memungkinkan setiap warga binaan menemukan cara hafalan yang paling sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga proses menghafal menjadi lebih efektif dan berkesan.

Harapan Baru dari Balik Jeruji

Program ini bukan sekadar mengajarkan hafalan Al-Qur’an, tetapi juga memberi harapan dan arah baru bagi para warga binaan.

Dengan pembiasaan membaca dan menghafal ayat-ayat suci, diharapkan mereka bisa mengalami perubahan positif yang berkelanjutan.

"Kami ingin warga binaan memiliki sesuatu yang berharga untuk dibawa setelah mereka bebas. Dengan hafalan Al-Qur’an ini, semoga mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan penuh makna di luar sana," tutup Jayadi.

Di balik jeruji, cahaya harapan tetap menyala. Hafalan demi hafalan yang mereka lantunkan bukan hanya sekadar kata, tetapi juga doa dan ikhtiar untuk masa depan yang lebih baik.

Load More