SuaraSulsel.id - Di tengah keterbatasan dan kepadatan penduduk, Astra menghadirkan lingkungan yang nyaman dan menjadi kebutuhan warga Makassar.
Kampung Berseri Astra di Lorong 3, jalan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan misalnya. Pemandangannya memang berbeda dari lorong lainnya.
Lorong sempit yang dulunya kumuh itu, disulap jadi warna-warni dan dipercantik mural.
Warga sekitar bercerita, dulu kasus kriminalitas di lorong tersebut sangat tinggi. Maklum, berada di pemukiman padat penduduk rentan dengan perang busur, hingga dijuluki "Kawasan Texas".
Baca Juga: BRI Green Financing Menjadi Pilihan Tepat untuk Kamu yang Pilih Rumah Ramah Lingkungan
Selain itu kotor dan kumuh. Warga asal buang sampah sembarangan. Pokoknya jauh dari konotasi positif.
Tapi, itu dulu. Puluhan tahun yang lalu. Bayangan kelam itu sirna, berubah 180 derajat setelah disolek oleh Astra pada tahun 2015.
"Awal-awal lorong dilukis di Makassar kan di sini. Sampai warga di lorong lain itu bilang, ih cantiknya tawwa lorongnya, bikin iri. Mereka datang ke sini foto-foto karena cantik," ujar Hj Dana, warga lorong 3.
Memasuki gapura lorong, kita akan disambut lukisan mural di dinding tembok.
Mural itu menggambarkan kehidupan warga di lorong tersebut yang dilengkapi fasilitas seperti sekolah PAUD, bank sampah, fasilitas kesehatan, Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga budaya.
Baca Juga: Pj Gubernur Sulawesi Selatan Ajak Masyarakat Pulihkan dan Lestarikan Lingkungan
Jalan paving juga dicat warna-warni menambah keindahan lorong. Plang nama jalannya pun dibuat serasa berada di Showroom Honda.
Tak jauh dari situ, kita akan mendapati persimpangan jalan. Papan penunjuk arah menuliskan ke sebelah kiri, ada Paud, Rumah Toga, Posyandu dan Sanggar Seni. Jika ke arah kanan, ada Poskeskel, Lorong 5 dan UKM. Semuanya bantuan dari Astra Honda.
Saya menelusuri tiap lorong-lorong kecil di wilayah itu. Hingga akhirnya menemukan sebuah rumah sederhana bertuliskan UKM Rotan "Binaan PT Astra International Tbk".
Nurhayati nama pemiliknya. Ia dan suaminya, Alex, sudah melakoni usaha tersebut sejak tahun 1987. Produksinya bermacam-macam. Yang paling diminati adalah kursi rotan dan parcel.
Ia bercerita, pernah merasakan berada di puncak kesuksesan. Namun, seiring berjalannya waktu, konsumen lebih memilih beralih ke sofa dan kursi kayu. Bisnisnya pun semakin jatuh.
"Kami terpaksa pindah ke sini dari jalan Anoa. Sekitar tahun 2019 kami dibantu modal oleh Astra. Dibantu renovasi tempat juga," ujarnya.
Nurhayati sempat berjuang lagi setelah disuntik modal. Namun pada akhirnya mereka menyerah juga, produknya kalah bersaing di pasar.
Rumah rotan tersebut terpaksa berhenti berproduksi pada tahun 2021. Suaminya, Alex, juga harus merantau ke Kalimantan demi memenuhi kebutuhan hidup.
"Anak-anak tidak ada yang bisa melanjutkan jadi terpaksa berhenti. Sebenarnya sedih, tapi kita tidak bisa apa-apa," keluhnya.
Tak jauh dari lokasi itu, ada rumah yang disulap jadi taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Babul Jannah. Suasana rumah berwarna kuning itu tak seperti PAUD pada biasanya. Pagarnya terkunci dan sepi.
"Sudah tutup karena meninggal orangnya," kata Yuli, warga sekitar.
Padahal, Yuli menjadi saksi kehadiran PAUD binaan Astra di lorong tersebut sangat membantu anak-anak sekitar.
Mereka bisa bermain sambil belajar tanpa harus khawatir soal biaya Pendidikan sebelum masuk ke Sekolah Dasar (SD).
Saya lalu mencari keberadaan Bank Sampah Burasa.
Di tengah cuaca Makassar bersuhu 34° siang itu memang paling nikmat mencari makanan berkuah seperti bakso. Apalagi jika ada Burasa. Nyamanna...!
Tapi rupanya kita tidak sedang membicarakan makanan. Burasa yang dimaksud merupakan akronim dari Budaya Rappocini Sehat dan Aman. Program sosial berkelanjutan dari Astra.
Dulu, Bank Sampah Burasa sangat dikenal karena inovasinya. Sejumlah penghargaan mereka terima, bahkan jadi lokasi studi tiru dari daerah lain.
"Anak kami bisa sekolah karena sampah. Itu berkat binaan dari Astra dan memang kami sangat merasakan manfaatnya," kata Eks Direktur Bank Sampah Burasa Agangta', Haji Dana saat ditemui, Senin, 21 Oktober 2024.
Dana dan sejumlah ibu-ibu di lorong itu pun lebih produktif. Selain memberi manfaat secara ekonomi, kondisi lorong juga jauh lebih bersih.
"Kami juga dibantu dan dibina untuk membentuk Bank Minyak Jelantah. Warga datang bawa minyak bekasnya ke sini, nanti ada perusahaan yang datang beli dan ditukar dengan yang baru. Jadi lebih sehat dan mengurangi limbah," sebutnya.
Sayangnya, bank sampah yang dikelola Dana terpaksa harus tutup pada tahun 2020. Lokasi mereka digusur oleh perumahan elit.
"Pas perumahan masuk, lokasi kita digusur terpaksa berhenti. Kami sempat berpindah, tapi warga sudah tidak antusias seperti di awal akhirnya tutup," keluhnya.
Syukurnya, warga lorong masih bisa menikmati kebaikan Astra lewat Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) dan Sanggar Seni.
Astra membantu pelayanan kesehatan primer yang bermutu dan berkualitas demi mewujudkan Indonesia Sehat dalam berbagai program di lorong itu.
Seperti, penyediaan alat tensi, kolestrol, gula darah dan intervensi gizi untuk ibu hamil dan anak.
Sementara, sanggar seni Rappocini juga masih aktif saat ini. Anak-anak lorong rutin berlatih menari dan memainkan alat musik. Semua fasilitas yang dibutuhkan disiapkan oleh Astra.
Dana dan warga lain masih menaruh harapan besar, semoga Astra bisa kembali membantu mereka lewat program sosial berkelanjutan.
Ia yakin, dengan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR), bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Lorong Rappocini.
"Kami sudah merasakan kontribusi nyata dari Astra. Semoga ada bantuan lain lagi seperti menghijaukan lorong dengan tanamam hortikultura. Disini kan belum ada itu," harapnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
-
Mirai Bertenaga Hidrogen dan Crown Hybrid Jadi Bintang Toyota di GJAW 2024
-
Pencapaian Setahun Perjalanan Bank Saqu: Lewat Layanan Perbankan Inovatif, Nasabah Hampir 2 Juta
-
Toyota: PPN 12 Persen Berarti Harga Mobil Naik
-
Pulih dari Cedera, Crosser AHM Arsenio Algifari Rebut Dua Podium di Kejurnas Motocross Grasstrack 2024
-
Ziven Rozul: Sang Wonderkid yang Mendominasi HDC 2024 Purwokerto
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
Pilihan
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
-
Satu Orang Tarik Pinjaman Rp330 Miliar dengan 279 KTP di Pinjol KoinWorks
-
Naik Tinggi Lagi, Harga Emas Antam Tembus Rp 1,5 Juta/Gram
Terkini
-
Dikenal Religius, Oknum Dosen Unhas Lecehkan Mahasiswi Saat Bimbingan Skripsi
-
Memanas! Dua Mantan Wali Kota Parepare Saling "Buka Aib" di Rapat Komisi II DPR RI
-
Bye-bye Stadion Mattoanging, Welcome Stadion Sudiang 2025!
-
Polri Tegaskan Netralitas di Pilkada 2024, Ancam Tindak Tegas Anggota yang Berpolitik Praktis
-
Jumlah Pemilih, TPS, dan Titik Rawan Pilkada Sulsel 2024