SuaraSulsel.id - Untuk pertama kalinya, masyarakat di Pulau Sapuka, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, meraih pencapaian yang luar biasa.
Mereka berhasil memproduksi garam secara mandiri. Sebuah langkah besar menuju kemandirian dan keberlanjutan hidup di wilayah kepulauan yang selama ini bergantung pada pasokan garam dari daratan utama.
Garam menjadi kebutuhan vital di Sapuka. Digunakan warga untuk berbagai keperluan. Mulai dari pengawetan ikan, penggaraman teripang, hingga olahan berbagai jenis ikan pasca tangkap, serta kebutuhan dapur rumah tangga.
Dengan kepadatan penduduk sekitar 2.310 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2020, Pulau Sapuka sebagai ibu kota Kecamatan Liukang Tangaya, telah lama menjadi pusat aktivitas nelayan di perairan Spermonde bagian Barat.
Baca Juga: 16 Ton Garam Akan Ditebar di Langit IKN
Selama bertahun-tahun, kebutuhan akan garam di pulau ini masih didatangkan dari daratan utama. Meskipun sumber bahan baku utama, yaitu air laut, begitu melimpah di sekitar pulau-pulau kecil.
Namun, inisiatif baru yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Sapuka ini menjadi contoh bagaimana sumber daya lokal dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dengan dukungan Yayasan Romang Celebes Indonesia, masyarakat memulai pilot proyek tambak garam mini di lahan seluas 400 m² yang terdiri dari 5 petak produksi.
Hasilnya, pada panen perdana di bulan Juli 2024, mereka berhasil memproduksi sekitar 350 kg garam.
“Secara ideal, mini plant tambak garam ini akan mampu memproduksi kurang lebih 800 kg per bulan dengan masa panen puncak selama 4 bulan,” kata Awaluddin, Direktur Eksekutif Yayasan Romang Celebes Indonesia kepada Suara.com, Senin 12 Agustus 2024.
Baca Juga: Penampakan Pulau Buatan di Makassar, Akan Diresmikan Presiden Jokowi
Proyek ini bukan hanya sekedar pencapaian teknis, tetapi juga simbol kebangkitan dan kemandirian masyarakat pulau.
Dengan memproduksi garam sendiri, mereka telah mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar, menghemat biaya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kisah inspiratif dari Pulau Sapuka ini menjadi bukti bahwa dengan tekad dan kerja keras, tantangan geografis dapat diubah menjadi peluang. Menggerakkan roda ekonomi lokal, dan membawa harapan baru bagi generasi masa depan.
Untuk sampai ke Sapuka, dibutuhkan waktu tempuh sekitar 30 jam menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Maccini Baji, Pangkep.
Berita Terkait
-
Mau Punya Tabungan Miliaran, Ivan Gunawan Tertarik Coba Trik Unik Ini
-
Akhir Hidup Nyai Dasima dan Si Pitung dalam Buku Cerita Anak Seribu Pulau
-
Jangan Biarkan Mereka Terlupakan: Beri Akses Al-Qur'an untuk Anak Terpencil
-
Mengenal Garam Ruqyah, Benarkah Bisa Menangkal Jin dan Sihir?
-
Pilkada Jawa Jadi Pijakan Prabowo Menuju 2029, Mampukah Taklukkan Jakarta di Putaran Kedua?
Terpopuler
- Jabatan Mentereng Wahyu Hidayat, Pantas Ayah Dokter Koas Luthfi Ogah Damai dengan Pihak Lady Aurellia
- Ibunda Lady Biang Kerok Penganiayaan Dokter Ternyata Direktur Perusahaan Ternama
- Gus Iqdam Bela Miftah, Gus Arifin Ngaku Tak Suka: Maksudnya Apa Dam?
- Pendaftaran Pendamping Desa 2025 Resmi Dibuka! Cek Gaji dan Cara Daftarnya
- Alvin Lim Tuntut Teh Novi Ganti Rugi Rp 1 Triliun, Denny Sumargo Berkelakar Minta Bagian
Pilihan
-
Perusahaan Asing Gugat Waskita Karya Karena Nunggak Utang Rp976 Juta
-
4 Rekomendasi Laptop Gaming di Bawah Rp 15 Juta, Terbaik Desember 2024
-
Raksasa Ritel RI Terpuruk! Alfamart dan Matahari Berguguran
-
Resmi Dipecat PDIP, Jokowi: Waktu yang Akan Menguji
-
Usai Pelantikan PAW, Anggota DPRD Bontang Jalani Tes Urine, Apa Hasilnya?
Terkini
-
Digerebek! Begini Penampakan Mesin Cetak Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin
-
Jangan Lupa Ikutan Program BRImo FSTVL 2024, Banjir Hadiahnya!
-
4 Pengedar Uang Palsu Asal Kampus UIN Alauddin Ditangkap di Mamuju
-
Polisi Temukan Uang Palsu Hampir Setengah Miliar Rupiah di Kampus UIN Alauddin, Rektor Diminta Mundur
-
Direktur Utama BRI: Brilian dan Cemerlang Adalah Dedikasi Kita