Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 20 November 2023 | 13:50 WIB
Suasana Jalan Nusantara, di Kota Makassar sekitar tahun 1900 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Sebelum berubah nama jadi jalan Riburane, tempat ini di zaman kolonial Belanda bernama Prins Hendriklaan atau jalan Pangeran Hendrik.

Pangeran Hendrik adalah suami dari ratu Wilhelmina. Ia adalah pangeran pendamping yang menjabat terlama di Belanda.

Di jalan ini Belanda mendirikan gedung Societeit de Harmonie pada tahun 1896 silam. Societeit de Harmonie adalah tempat hiburan malam bagi sosialita Belanda. Mereka menikmati pesta dan berdansa, pertunjukan musik ataupun sandiwara.

4. Komedielaan atau Jalan Kajaolalido

Baca Juga: Kontes Waria di Kota Makassar Dibubarkan Petugas

Meski disebut sebagai jalan Komedilaan atau pertunjukan mengundang gelak tawa, tidak ada gedung pertunjukan atau teater yang berdiri di sepanjang ruas jalan ini. Namanya kemudian diubah jadi jalan Kajaolalido setelah Indonesia merdeka.

Kajaolalido merupakan seorang cendekiawan dari Kerajaan Bone.

5. Arendsburg atau Jalan Arif Rate

Arif Rate adalah salah satu tokoh pemuda yang disegani dalam perjuangan rakyat Sulawesi Selatan pada masa revolusi kemerdekaan 1940-an.

Namanya diabadikan jadi nama jalan di Kecamatan Ujung Pandang.

Baca Juga: Rekomendasi Kafe Konsep Taman di Kota Makassar, Cocok untuk Nyantai Bareng Keluarga

Oleh pemerintah Kolonial Belanda, jalan Arif Rate dulunya bernama Arendsburg berarti jalan burung elang.

Itu karena jalan ini dulu jadi pemukiman warga lokal untuk beternak.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More