Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 12 September 2023 | 13:01 WIB
Minyak gosok Cap Tawon, salah satu produk legend khas Makassar yang kerap diincar wisatawan karena khasiatnya. Produk oleh-oleh ini terkenal sampai ke Eropa [SuaraSulsel.id/istimewa]

Karena warnanya yang merah dan sering dibawa para perantau Bugis-Makassar ke sejumlah daerah, kini Sirup DHT telah banyak dikenal dan dijuluki "Sirup Merah". Maka tak jarang para wisatawan menjadikan sirup DHT sebagai, oleh-oleh wajib khas kota Makassar.

Nama DHT sendiri merupakan akronim dari "Dari Hasil Tenaga". Karena dulunya membutuhkan banyak tenaga untuk memproduksinya.

Namun kini namanya berubah jadi "Duta Harapan Tunggal". Seperti yang terterah di pabrik pembuatannya di jalan Macanda, Kabupaten Gowa.

2. Minyak Gosok Cap Tawon

Baca Juga: 5 Istana Raja di Sulawesi Selatan, Keindahannya Membawa Wisatawan ke Masa Lampau

Minyak esensial ini dipercaya selama beratus tahun sebagai salah satu minyak yang sering digunakan sebagai obat gosok. Orang percaya bisa menyembuhkan masuk angin, mual, luka, memar dan gigitan serangga.

Minyak gosok cap tawon adalah sebutan khusus karena minyak ini memiliki simbol gambar tawon pada bungkusnya. Jika dihirup, baunya sangat khas. Mirip seperti campuran minyak kayu putih dengan jamu.

Walau namanya minyak gosok tawon, ternyata bukan terbuat dari binatang tawon. Namun rempah-rempah pilihan khas Sulawesi. Seperti cengkeh, minyak kayu putih, daun lada, jahe, kunyit, dan minyak kelapa.

Konon dinamakan minyak tawon karena dulunya Makassar adalah tempat singgah para penjual dan pembeli rempah-rempah dari berbagai penjuru dunia. Sebagian dari mereka menetap dan berdagang di Makassar.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh perantau keturunan Tionghoa bernama Lia A Liat. Ia mencampurkan seluruh rempah-rempah dengan minyak kelapa untuk jadi minyak gosok.

Baca Juga: Pj Gubernur Sulsel Pakai Mobil Dinas Land Cruiser yang Pernah Dipakai Jokowi

Minyak itu kemudian dijual ke pedalaman Sulawesi. Penjualannya pun merambah hingga Batavia dan Surabaya sebagai bandar strategis ketika masa Pemerintahan Hindia Belanda sepanjang 1906-1942.

Load More