Dusun miskin
Yusuf lahir di Ujung Pandang (Makasssar) pada 23 Agustus 1990, tetapi masa kecil hingga remaja dihabiskan di Dusun Ammani, Desa Mattiro Tasi, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulsel.
Ammani yang terletak sekitar 20 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Pinrang, dikenal sebagai dusun miskin dan tertinggal, dengan mayoritas penduduknya sebagai buruh tani dan nelayan tradisional.
Akibatnya, sebagian besar penduduknya hanya tamat SD atau sederajat, yakni 1.136 orang atau 42,80 persen dari total jumlah usia sekolah 2.653 orang.
Menyusul yang tidak atau belum bersekolah sebanyak 444 orang (16,73 persen) berdasarkan data Statistik Desa Mattiro Tasi, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulsel pada 2018.
Kondisi ini juga tergambar pada jenjang pendidikan terakhir dari Yusuf bersaudara. Dari enam bersaudara, hanya Yusuf yang tamat pendidikan SMA, sedang kakaknya hanya tamat sekolah dasar dan ada juga yang tamat SMP.
Yusuf bersama kelima saudaranya yang sudah berstatus yatim ketika itu, hidup dari jerih payah seorang ibu yang membesarkan keenam anaknya dari hasil berjualan aneka kebutuhan rumah tangga dari sebuah kedai kecil. Bahkan, tak jarang dari hasil berjualan yang tersisa dibawa ke pantai untuk dijajakan pada pengunjung di kawasan wisata Pantai Harapan Ammani.
Sebelum pantai menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Pinrang ini, warga Ammani sangat tertinggal dan masuk kategori prasejahtera.
Melihat kondisi tersebut Yusuf tidak tinggal diam, merantau ke Kota Makassar menjadi pilihan untuk mengubah nasib.
Baca Juga: Seniman Ganjar di Salatiga Deklarasi Dukung Ganjar Pranowo Presiden 2024
Tentu saja itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Lelaki yang sedikit phobia dengan ketinggian ini, harus jatuh bangun mengejar impiannya setelah kandas menjadi seorang pelukis, seperti yang dicita-citakan sejak masa kecil.
Ikut belajar dan bekerja di rumah jahit, diawali ketika ia merantau di Makassar, namun di sela-sela waktu juga ikut belajar di modern school yang juga mengajarkan merancang busana atau gaun.
Dengan bakat seni yang dimiliki sejak di bangku sekolah, ia pun mulai belajar membuat pola pakaian dan merancang gaun, baik sesuai pesanan pelanggan maupun untuk koleksi pribadi.
Hasil karya Yusuf yang tidak terlepas dari timnya ini, sementara dalam pengurusan hak cipta sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Go internasional
Setelah gaun Sutera yang dihasilkan pada 2012 menjuarai lomba Putra-Putri Sutera di Makassar, karya spektakuler dari Yusuf juga mewarnai panggung Putri Indonesia pada 2022.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
5 Ide Liburan Keluarga Anti Bosan Dekat Makassar Sambut Akhir Tahun
-
WNA Asal Filipina Menyamar Sebagai Warga Negara Indonesia di Palu
-
Pelindo Regional 4 Siap Hadapi Lonjakan Arus Penumpang, Kapal, dan Barang
-
Hutan Lindung Tombolopao Gowa Gundul Diduga Akibat Ilegal Logging
-
61 Ribu Bibit 'Emas Hijau' Ditebar di Sulsel