SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Wilayah IV Makassar menyanggah ramalan seismik asal Belanda Frank Hoogerbeets yang menyebutkan akan terjadi gempa besar di tiga wilayah Indonesia. Khususnya Pulau Sulawesi.
Koordinator Bidang Observasi BMKG Wilayah IV Makassar Jamroni mengatakan, informasi yang beredar luas di sosial media tanah air tentang prediksi dari ahli seismik asal Belanda tersebut masih perlu pengkajian mendalam. Termasuk metode yang digunakannya.
"Kami tidak terima dengan gempa dengan prediksi seperti itu dan seandainya terjadi hari ini atau besok adalah bagaimana bisa kita selamat saat ada gempa," ujarnya, Jumat 3 Maret 2023.
Jamroni mengatakan tepatnya prediksi Frank Hoogerbeets saat gempa besar mengguncang Turki membuat banyak pihak dari seluruh dunia memperhatikan ramalan tersebut.
Dia pun memberikan gambaran saat terjadi gempa magnitudo 6,2 di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), pada 2020. Saat itu, kata dia, banyak bangunan atau gedung rusak, namun tidak dengan bangunan dari kantor BMKG Mamuju.
"Kita lihat saat gempa di Mamuju, gedung di Kantor Gubernur Sulbar runtuh pada bagian atap, tapi gedung BMKG yang posisinya berjarak kurang lebih 300 meter itu aman dan tidak ada keretakan sedikit pun karena memang dibangun dan dirancang sesuai dengan kriteria bangunan tahan gempa," katanya.
Sebelumnya, Frank Hoogerbeets memprediksi gempa dengan magnitudo 8 akan terjadi di tiga wilayah Indonesia, salah satunya Pulau Sulawesi.
"Sulawesi, Halmahera. Mungkin Laut Banda, Indonesia," kata peneliti Belanda di Solar System Geometry Survey (SSGS) itu.
Gempa magnitudo 8 tersebut diprediksi terjadi di tiga wilayah tersebut karena adanya konvergensi geometer pada planet yang kritis mendorong gempa sekitar tanggal 3-7 Maret 2023.
Baca Juga: Cuaca Hari Ini, BMKG Sebut Sebagian Besar Wilayah Indonesia Berpotensi Diguyur Hujan Lebat
Menurut Jamroni, dasar dari Hoogerbeets menyampaikan prediksinya itu imbas dari Kamchatka, wilayah perbatasan Rusia dan Jepang di Utara, kemudian terus Filipina dan juga menandai Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda, Indonesia, perjalanannya sangat panjang.
"Itu jarak yang panjang, jauh sekali dari Kamatcha hingga ke sampai ke Pulau Sulawesi di Indonesia. Panjangnya itu sekitar 7.000 kilometer dan kalau melalui perjalanan pesawat itu butuh waktu 18 jam. Bagi kami itu sangat jauh," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
Terkini
-
BRI Dukung UMKM Aiko Maju Jadi Pemasok Program MBG di Sitaro
-
Dewan Pers: Kekerasan Terhadap Jurnalis Meningkat
-
Ekspresi Bahagia Ribuan PPPK Pemprov Sulsel Terima SK
-
Kasus 5 Pekerja Jatuh di Jembatan Tarailu, Disnaker Sulbar: Pasti Ada Sanksi
-
BRI Bukukan Laba Rp26,53 Triliun di Tengah Tantangan, Terus Berdayakan UMKM