Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 09 Januari 2023 | 19:53 WIB
Pemimpin aliran Hakikinya Hakiki saat bertemu dengan pengurus MUI Makassar di Masjid Raya Makassar, Senin 9 Januari 2023 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar melakukan pertemuan dengan pemimpin aliran Hakikinya Hakiki. Aliran itu sebelumnya dianggap sesat.

Pemimpin Hakikinya Hakiki, Yoga, mengatakan aliran mereka hanya untuk metode pengobatan. Ilmu itu didapatkan dari gurunya bernama Muchlis Karaeng Gassing.

Hal tersebut dikatakan Yoga saat bertemu khusus dengan pengurus MUI Makassar di Masjid Raya Makassar. Ia diminta untuk menjelaskan asal muasal aliran tersebut.

"Guru saya bernama Muhlis Karaeng Gassing. Jadi Hakikinya Hakiki itu untuk metode pengobatan," ujarnya, Senin, 9 Januari 2023.

Baca Juga: Aliran Hakikinya Hakiki Akan Dilaporkan ke Polisi Jika Tolak Anjuran MUI

Kata Yoga, gurunya berasal dari Kabupaten Jeneponto. Namun, Muhlis diketahui sudah meninggal dunia di Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Yoga pun membantah jika Hakikinya Hakiki menjamin pengikutnya masuk surga. Apalagi pernah bertemu Allah dan nabi.

Kata Yoga, pihaknya hanya memakai kain kafan saat melakukan pengobatan. Pengikutnya juga tak banyak, hanya ada delapan orang.

"Karena itu yang diajarkan guru kami. Pakai kain kafan. Kalau pernah bertemu Allah SWT dan nabi itu tidak pernah. Kami hanya metode pengobatan. Tidak ada yang lain," bebernya.

Begitu juga dengan 13 rukun Islam yang diyakini oleh Hakikinya Hakiki. Hal tersebut dibantah oleh Yoga.

Baca Juga: Istri Indra Bekti Stop Galang Dana, Biaya Pengobatan Ditanggung Kaesang Pangarep? Ini Faktanya

Ia mengaku hanya mendengar ada 13 rukun yakni 4 bapak, 4 mama, dan 5 dari Allah.

Sebelumnya, aliran ini viral di media sosial. Saat salah seorang pengikutnya bernama Akbar sedang berdebat dengan warga Tallo.

Dalam video itu, Akbar mengaku pernah bertemu Allah, malaikat dan Nabi. Ia juga bilang rukun iman ada 13.

Akbar mengaku peristiwa itu bermula saat ia sedang mengobati seorang pasien menggunakan kain kafan. Namun tiba-tiba ada warga yang datang marah dan mengamuk.

Akbar pun mengatakan terdesak karena hendak dikeroyok. Ia mengaku asal bilang agar selamat oleh amukan warga.

"Saya panik jadi sembarang bilang. Saat itu mau dikeroyok akhirnya sembarang saya sebut," jelasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More