SuaraSulsel.id - Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 sementara berlangsung di Bali. Salah satunya diramaikan dengan pameran produk UMKM di Bali Collection ITDC, Nusa Dua, Provinsi Bali.
Pameran menghadirkan sejumlah produk UMKM di tanah air. Dari Sulawesi Selatan salah satunya.
CV Coconut Internasional Indonesia adalah satu-satunya UMKM asal Sulawesi Selatan yang diundang Smesco ke pameran G20.
Ada sederet produk perusahaan tersebut yang mejeng di Future SMEs Village, Bali Collection.
Seperti gula lontar, kayu sanrego, briket arang, teh nipah, dan sedotan rumput. Selama ini produk tersebut sudah diekspor ke sejumlah negara seperti Korea, Eropa dan Timur Tengah.
Salah satu yang cukup menarik minat pengunjung adalah gula cair lontar dan kayu sanrego.
Direktur CV Coconut International Indonesia Asriyhani mengatakan produknya menggunakan bahan baku yang alami, tanpa campuran bahan kimia. Mereka juga menerapkan zero waste dalam produksinya untuk meminimalisasi sampah.
Untuk gula lontar misalnya. Dibuat murni tanpa bahan pengawet.
"Untuk gula lontar (Palm Jaggery) kita yang paling murni. Kita buatnya satu jam setelah diambil niranya tanpa bahan pengawet apa pun," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Sambut Joe Biden di KTT G20: Selamat Datang di Indonesia
Ia mengaku produk tersebut sudah diekspor ke Korea. Kendati digunakan sebagai pemanis, gula lontar sangat bermanfaat untuk orang yang sedang diet dan pengidap diabetes.
Begitu pun untuk produk kayu sanrego. Kata Asriyhani, kayu asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini kaya manfaat.
"Kalau Kalimantan punya akar Bajaka, Sulsel punya Kayu Sanrego. Manfaatnya sangat besar, bisa menyembuhkan malaria, diabetes, gigitan ular dan menaikkan gairah seksual pria," tegasnya.
Bahkan kandungan kayu ini sudah diteliti selama tujuh tahun oleh pakar Fitokimia Unhas, Prof Muchsin Darise. Pakar dari Philipina juga sudah menguji kandungannya.
Batang kayu ini mengandung alkolid, sitosterol dan glikosida. Kandungan kayu ini tidak toksis, namun ekstrak metanol dan normal butanolnya dapat menghambat bakteri E. coli, Shigella bodyi dan Staphylococcus aurcus. Sudah diteliti 7 tahun oleh profesor di Unhas.
"Tujuh tahun diriset di Jepang oleh guru besar Unhas, Prof Muchsin. Saat ini kita ekspor ke Timur Tengah," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Duel Mobil Murah Honda Brio vs BYD Atto 1, Beda Rp30 Jutaan tapi ...
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
- 41 Kode Redeem FF Max Terbaru 24 Juli: Klaim Skin Scar, M1887, dan Hadiah EVOS
Pilihan
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
-
10 Model Gelang Emas 24 Karat yang Cocok untuk Pergelangan Tangan Gemuk
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
Terkini
-
Pemprov Sulsel Ajak Ibu-Ibu Cinta Buku KIA di Hari Anak Nasional 2025
-
Sulsel Kini Punya MICU, Rumah Sakit Bergerak Lengkap dengan Ruang Operasi
-
Terbongkar! 49 Mobil Dinas DPRD Makassar Raib, Dikembalikan Paksa
-
BRI Permudah Pengajuan Kartu Kredit Tanpa ke Kantor Cabang: Bonus Penawaran Istimewa dan Voucher
-
Pemprov Sulsel Hadirkan Dokter Spesialis ke Pulau Terpencil