SuaraSulsel.id - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Tengah Bidang Sosialisasi, Partisipasi Masyarakat dan SDM, Sahran Raden, menyatakan praktek politik uang yang dilakukan oleh pihak tertentu hanya akan merusak kualitas demokrasi dan membuat demokrasi tidak bermartabat.
"Politik uang yang ada dalam setiap momentum kontestasi dalam pemilihan umum, tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada warga, sebaliknya hanya akan merusak kualitas demokrasi," ucap Sahran, Rabu 9 November 202, terkait tantangan yang dihadapi penyelenggara pemilu dalam pemilu 2024.
Politik uang, kata dia, sering terjadi pada saat kampanye, masa tenang menjelang hari pemungutan suara dan pada hari pemungutan suara .
Selain politik uang, sebut dia, kualitas pemilu dan demokrasi, sangat tergantung dengan profesionalitas penyelenggara pemilu, permasalahannya terkait dengan ketaatan terhadap etika dalam penyelenggaraan pemilu.
Baca Juga: Hasil Verifikasi Faktual Akan Diumumkan KPU Pada 9 November Mendatang
"Penyelenggara pemilu itu diikat dengan kode etik sebagai satu kesatuan landasan norma moral, etis, dan filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku penyelenggara pemilihan umum yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dalam semua tindakan dan ucapannya," kata mantan Ketua Ansor Sulteng ini.
"Penyelenggara pemilu dipandang sebagai kategori profesional lantaran dituntut memiliki keahlian dan keterampilan yang spesifik di bidang kepemiluan. Penyelenggara pemilu ini tidak cukup independen tapi juga profesional. Tidak cukup hanya memiliki pengalaman, tetapi juga ada keahlian dan pengetahuan. Karena sifatnya yang spesifik keilmuan dan keahliannya, tidak dimiliki oleh masyarakat umum, pekerjaan dalam kategori profesional ini perlu diawasi karena punya potensi disalahgunakan," ujarnya.
Di samping itu, ia menyebut, isu SARA dan politik identitas yang biasanya digunakan oleh pihak tertentu dalam pemilu, juga berkontribusi besar merusak tatanan demokrasi.
"Politik identitas dan SARA merupakan tantangan besar bagi demokrasi elektoral Indonesia di pemilu dan pilkada. polarisasi berbasis irasionalitas politik identitas yang diterjemahkan dalam bentuk kampanye jahat, informasi bohong (hoaks), fitnah, dan politisasi SARA menjadi potensi yang menguat dalam pemilu," sebutnya.
"Politisasi SARA dan Politik identitas dilakukan melalui platform media sosial ternyata jadi pisau bermata dua. Media sosial bisa menjadi medium luar biasa berkembangnya kampanye jahat, hoaks, fitnah, dan politisasi SARA," ungkapnya.
Baca Juga: Jumlah Kursi Anggota DPRD Purwakarta Bertambah 5, KPU Jelaskan Alasannya
Ia menambahkan, implementasi asas penyelenggaraan pemilu berupa langsung, umum, bebas dan rahasia, serta jujur dan adil. Jika tidak terimplementasi dengan baik, maka dapat menjadi masalah dalam pemilu.
"Pemilu yang adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu," ungkapnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- AFC Pindah Tuan Rumah Babak Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 ke Thailand
- 6 Mobil Bekas Harga Lebih Murah dari Motor 110cc: Pilih yang Irit atau yang Gagah?
- 4 Rekomendasi Mobil Bekas Mulai Rp30 Jutaan: Pilihan Cerdas untuk Keluarga Kecil, Anti Riba
- Kekuatan Timnas Indonesia 'Dilucuti' AFC, Rekor Garuda Jadi Tak Berarti di Ronde 4
- Pompa Air Tangguh untuk Sumur 30 Meter, Ini 5 Rekomendasi Terbaik
Pilihan
-
Proyek Rumah Tanpa Utang Asing, Menteri Ara: Perintah Prabowo Kita Berdiri di Kaki Sendiri
-
Perubahan Besar di Stasiun Tanah Abang, Ini Alur Baru Penumpang KRL Rangkasbitung dan Manggarai
-
Anggaran Makan Bergizi Gratis Naik jadi Rp121 Triliun Tahun Ini
-
Konglomerasi Terbesar RI Borong Saham Rumah Sakit Hermina Rp1 Triliun
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB di Bawah Rp 5 Jutaan, Terbaik Juni 2025
Terkini
-
Fortune Southeast Asia 500: BRI Peringkat 14 dari 500 Perusahaan Asia Tenggara Berdasar Pendapatan
-
MK Lanjutkan Sidang Sengketa Pilkada Palopo ke Pembuktian
-
7 Dosa Besar Pendaki Gunung Rinjani yang Sering Berakhir Tragedi
-
Bangun Rumah Impian Gaya Skandinavia, Hindari 5 Kesalahan Fatal Ini
-
MK Putuskan Pemilu Nasional dan Daerah Dipisah, Apa Bedanya?