Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 26 Oktober 2022 | 20:20 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menghadiri peresmian Metta DC, yakni sebuah perusahaan lokal penyedia sistem pusat data, di Jakarta, Rabu (26/10) [SuaraSulsel.id/KSP]

SuaraSulsel.id - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, pemerintah Indonesia serius untuk mewujudkan kedaulatan digital. Terlebih, Indonesia sekarang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital paling pesat di Asia Tenggara.

Moeldoko menyampaikan ini, saat menghadiri peresmian Metta DC, yakni sebuah perusahaan lokal penyedia sistem pusat data, di Jakarta, Rabu (26/10).

Menurut Moeldoko, kedaulatan digital adalah faktor kunci dalam melindungi pertumbuhan ekonomi negara. Dengan semakin banyak orang Indonesia melakukan transaksi online, kata dia, maka siapapun yang mengendalikan data dari aktivitas tersebut punya kekuatan untuk memanfaatkan data dan membuat produknya sendiri.

“Kondisi tersebut bisa menyebabkan para pengusaha kecil kalah bersaing dengan perusahaan besar,” kata Moldoko.

Baca Juga: BEI Targetkan Pendapatan Bisa Capai Rp1,82 Triliun Pada 2023

Panglima TNI 2013-2015 ini menambahkan, kedaulatan digital Indonesia menjadi sangat penting untuk mewujudkan keamanan siber nasional.

Untuk itu, pemerintah saat ini sedang membangun infrastruktur penyimpanan data dan sistem pengelolaan berbasis lokal. Sehingga memiliki kendali besar dalam mengontrol bagaimana data disimpan dan ditampilkan.

“Jika anda punya semangat nasionalis, maka pindahkan data-data anda ke Indonesia. Karena saat ini anak-anak bangsa sudah bisa membangun dan mengembangkan penyimpanan data yang aman,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Moeldoko juga mengaku bangga dengan peresmian Metta DC. Sebab, benar-benar berbasis lokal, mulai dari inevstornya, pengelola, dan pelaksana.

“Meskipun lokal tapi standarnya Internasional, dan zero accident. Saya berharap ini bisa menjadi pemicu dan motor penggerak untuk mewujudkan kedaulatan data kita,” seru Moeldoko.

Baca Juga: Terdeteksi di Indonesia, Ada 4 Kasus Subvarian Omicron XBB

Load More