Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 10 September 2022 | 18:15 WIB
Ilustrasi mayat perempuan (shutterstock)

SuaraSulsel.id - Polisi menyelidiki kasus jatuhnya Fitriani, mahasiswi fakultas Budaya Universitas Hasanuddin Makassar di Asrama Mahasiswa (Ramsis). Insiden itu dianggap faktor kelalaian pengelola asrama.

Fitriani dikabarkan meninggal dunia karena terjatuh di Ramsis II blok D. Peristiwa itu terjadi pada Jumat, 9 September 2022.

Ia ditemukan tergeletak di lantai II oleh cleaning service sekitar pukul 06.00 wita, pagi.

"Kronologisnya, Fitriani keluar kamar menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Kondisinya sedang tidak sehat. Mungkin masih ngantuk, namun bukannya belok ke kamar tapi lurus. Sementara pada saat lurus, tidak ada pagar pengamannya itu asrama. Rusak. Pengelola tidak perbaiki. Lurus ini anak, jatuh sampai lantai II," beber Kapolsek Tamalanrea, Kompol Saharuddin saat dikonfirmasi, Sabtu, 10 September 2022.

Baca Juga: Mahasiswi Unhas Ditemukan Tewas Terjatuh di Asrama Mahasiswa

Usai ditemukan terjatuh, Fitriani tak langsung dibawa ke rumah sakit. Korban berusaha diberi pertolongan oleh penghuni asrama terlebih dahulu.

Namun karena kondisinya semakin kritis, ia dilarikan ke rumah sakit oleh teman-temannya. Bukannya segera dirawat, rumah sakit disebut sempat membiarkan korban.

"Jam 12.30 wita, dibawa ke rumah sakit (pendidikan) Unhas karena kondisinya mulai memburuk. Namun sayangnya tidak ditangani langsung, dia ditangani nanti jam 12 malam lewat. Sudah tidak bisa dioperasi, kepala sudah bengkak," beber Saharuddin.

Karena kondisinya makin kritis, keluarganya meminta agar mahasiswi angkatan 2018 itu sebaiknya dibawa kembali ke kampung. Di dalam perjalanan, Fitriani disebut mengembuskan nafas terakhirnya.

Saharuddin mengaku sangat menyayangkan pengelola asrama dan pihak rumah sakit dalam kasus ini. Mereka dianggap lalai.

"Dua kelalaian di sini. Satu, tidak ada pengaman di lantai III. Kemudian, lambat penanganannya dari rumah sakit. Harusnya langsung ditangani, tapi ini ditunggu sampai tengah malam baru dapat dirawat," tegasnya. 

Polisi lalu membuat laporan model A untuk mengusut kasus jatuhnya Fitriani. Artinya, aduan dibuat oleh internal kepolisian untuk penyelidikan, tak perlu dari pihak keluarga.

"Sudah ada beberapa kita saksi kita periksa walau tidak ada laporan. Kita malah buatkan laporan polisi model A untuk periksa pengelolanya Ramsis. Jangan mengabaikan hal seperti itu. Jangan sampai ada korban lagi, kasihan anaknya orang dari jauh sekolah. Kasihan sekali. Kami selalu tunggu keluarga untuk buat laporan. Kita akan tangani," tegas Saharuddin.

Sementara, salah satu teman korban mengaku alasan rumah sakit menolak penanganan operasi terhadap Fitriani karena korban tidak punya BPJS. Sementara, kondisi perekonomian korban juga tidak mampu.

"Katanya operasinya butuh dana yang besar. Belum lagi alat-alat yang dipasang di tubuhnya mahal," ujar anak yang enggan disebut namanya itu. 

Pihak rumah sakit disebut butuh jaminan sebelum melakukan tindakan operasi. Mereka lalu meminta kedua orang tua korban yang ada di Kabupaten Pinrang untuk segera ke kota Makassar.

Sejumlah mahasiswa juga buka open donasi untuk membantu biaya pengobatan korban.

"Kita telepon orang tuanya supaya ke Makassar agar bisa jadi jaminan. Tapi sampai di sini, mereka bicara sama dokter. Dokter sudah angkat tangan karena kondisinya sudah tidak mungkin. Jadi orang tuanya pasrah dan bawa Fitri ke Pinrang," bebernya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More