SuaraSulsel.id - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis subsidi dan non subsidi mengundang reaksi masyarakat. Banyak dari mereka yang menyatakan penolakan.
Di Kota Makassar sejumlah mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di beberapa lokasi hingga malam hari pada Sabtu, 3 September 2022.
Aksi digelar di sejumlah titik. Diantaranya di depan Kampus Unhas Jalan Perintis Kemerdekaan, depan Kampus UMI jalan Urip Sumoharjo. dan depan Sekretariat HMI Jalan Bontolempangan.
Mereka memblokade jalan dan membakar ban sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Para mahasiswa baru membubarkan diri pada pukul 21.00 Wita.
Para mahasiswa mengaku akan menggelar aksi lanjutan secara besar-besaran pada Senin, 5 September 2022.
Suryadi Fauzan, salah satu mahasiswi Universitas Muslim Indonesia mengaku salah satu yang paling terdampak karena kenaikan BBM ini adalah mahasiswa.
Mereka harus mengeluarkan uang lebih padahal belum punya pendapatan.
"Saya perantau di sini, ke kampus tiap harinya pakai motor. Tapi untuk pergi kuliah saja sekarang harus pikir dua kali. Harus irit bensin karena belum punya pendapatan," keluhnya, Minggu 4 September 2022.
Ia mengatakan mahasiswa protes karena kebijakan pemerintah sangat membebani. Kenaikan BBM kali ini dianggap yang paling mahal di era Presiden Jokowi.
Baca Juga: Soroti Kenaikan Harga BBM, Rizal Ramli: Esensinya Sederhana, Pemerintahan Jokowi Tidak Kreatif
"Teman-teman dari BEM, lembaga atau bahkan semua masyarakat mungkin tidak menyangka kenaikannya setinggi ini. Di atas Rp2.000 per liter. Kalau sekitar Rp1.000 mungkin masih bisa dimaklumi, tapi sekarang kenaikannya gila, di luar akal sehat," tegas mahasiswa fakultas Teknik itu.
Tak hanya mahasiswa, buruh di Kota Makassar juga tegas menolak. Kebijakan ini diklaim menjadi beban bagi masyarakat kecil. Belum lagi harga kebutuhan hidup sudah naik lebih dulu.
"Kami tentu menolak walaupun akan ada bantuan sosial bagi teman-teman buruh yang upahnya di bawah Rp3,5 juta," tegas Ketua Serikat Pekerja dan Buruh Sulawesi Selatan, Andi Mallanti.
Ia mengatakan bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak akan banyak berpengaruh terhadap kondisi ekonomi buruh.
Sebab, subsidi tidak akan diberikan secara terus menerus. Hanya berkala saja. Sementara UMP kenaikannya sangat tipis setiap tahun.
Andi mengaku kenaikan harga BBM akan membuat banyak buruh turun ke jalan berunjuk rasa. Sebab langkah itu satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyuarakan ketidaksepakatan mereka terhadap kenaikan harga BBM ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Ditolak Banyak RS, Muh Ikram Langsung Ditangani RSUD Daya: Kisah Anak Yatim Viral di Makassar
-
Begini Cara FEB Unhas Dorong Pelaku UMKM Maros Lebih Adaptif dan Tahan Banting
-
5 Ide Liburan Keluarga Anti Bosan Dekat Makassar Sambut Akhir Tahun
-
WNA Asal Filipina Menyamar Sebagai Warga Negara Indonesia di Palu
-
Pelindo Regional 4 Siap Hadapi Lonjakan Arus Penumpang, Kapal, dan Barang