Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 04 September 2022 | 08:18 WIB
Mahasiswa di Kota Makassar berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM hingga malam hari, Sabtu 3 September 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis subsidi dan non subsidi mengundang reaksi masyarakat. Banyak dari mereka yang menyatakan penolakan.

Di Kota Makassar sejumlah mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di beberapa lokasi hingga malam hari pada Sabtu, 3 September 2022.

Aksi digelar di sejumlah titik. Diantaranya di depan Kampus Unhas Jalan Perintis Kemerdekaan, depan Kampus UMI jalan Urip Sumoharjo. dan depan Sekretariat HMI Jalan Bontolempangan.

Mereka memblokade jalan dan membakar ban sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Para mahasiswa baru membubarkan diri pada pukul 21.00 Wita.

Baca Juga: Soroti Kenaikan Harga BBM, Rizal Ramli: Esensinya Sederhana, Pemerintahan Jokowi Tidak Kreatif

Para mahasiswa mengaku akan menggelar aksi lanjutan secara besar-besaran pada Senin, 5 September 2022.

Suryadi Fauzan, salah satu mahasiswi Universitas Muslim Indonesia mengaku salah satu yang paling terdampak karena kenaikan BBM ini adalah mahasiswa.

Mereka harus mengeluarkan uang lebih padahal belum punya pendapatan.

"Saya perantau di sini, ke kampus tiap harinya pakai motor. Tapi untuk pergi kuliah saja sekarang harus pikir dua kali. Harus irit bensin karena belum punya pendapatan," keluhnya, Minggu 4 September 2022.

Ia mengatakan mahasiswa protes karena kebijakan pemerintah sangat membebani. Kenaikan BBM kali ini dianggap yang paling mahal di era Presiden Jokowi.

Baca Juga: Harga BBM Resmi Naik, Penjual Ayam Geprek Palmerah Menjerit: Bisa Kabur Pelanggan Saya

"Teman-teman dari BEM, lembaga atau bahkan semua masyarakat mungkin tidak menyangka kenaikannya setinggi ini. Di atas Rp2.000 per liter. Kalau sekitar Rp1.000 mungkin masih bisa dimaklumi, tapi sekarang kenaikannya gila, di luar akal sehat," tegas mahasiswa fakultas Teknik itu.

Tak hanya mahasiswa, buruh di Kota Makassar juga tegas menolak. Kebijakan ini diklaim menjadi beban bagi masyarakat kecil. Belum lagi harga kebutuhan hidup sudah naik lebih dulu.

"Kami tentu menolak walaupun akan ada bantuan sosial bagi teman-teman buruh yang upahnya di bawah Rp3,5 juta," tegas Ketua Serikat Pekerja dan Buruh Sulawesi Selatan, Andi Mallanti.

Ia mengatakan bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak akan banyak berpengaruh terhadap kondisi ekonomi buruh.

Sebab, subsidi tidak akan diberikan secara terus menerus. Hanya berkala saja. Sementara UMP kenaikannya sangat tipis setiap tahun.

Andi mengaku kenaikan harga BBM akan membuat banyak buruh turun ke jalan berunjuk rasa. Sebab langkah itu satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyuarakan ketidaksepakatan mereka terhadap kenaikan harga BBM ini.

"Kami akan turun ke jalan untuk mengingatkan pemerintah tentang nasib kawan buruh di sini," tegasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More