SuaraSulsel.id - Kericuhan mewarnai pengukuran aset negara di Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Warga dan petugas terlibat aksi saling dorong mengakibatkan adanya korban.
Kejadiannya, Rabu 27 Juli 2022. Puluhan petani menghadang ratusan aparat dan petugas pertanahan yang hendak melakukan pengukuran lahan eks HGU yang dikelola oleh warga, oleh PTPN XIV.
Koordinator Petani yang terdampak, Rahmawati Karim mengatakan ada lima orang petani yang jadi korban akibat kericuhan tersebut. Mereka mengalami luka karena disemprot gas air mata. Sementara ada belasan warga yang diamankan oleh polisi.
"Warga ditembaki gas air mata hingga sesak nafas. Beberapa petani juga mengalami luka di pelipis, betis dan tangan karena kena hantaman," ujarnya, Kamis, 28 Juli 2022.
Ia mengaku hanya mempertahankan tempat mereka mencari nafkah. Namun, petani malah mendapat tindakan intimidasi dan represif dari polisi.
"Ada tujuh orang yang diamankan polisi karena mempertahankan lahannya. Kasihan kami, anak cucu akan kelaparan," ujarnya.
Konflik antara PTPN XIV dan petani di Enrekang sudah berlangsung cukup lama. Masyarakat menolak adanya rencana ekspansi kebun sawit oleh PTPN di lahan Eks HGU, di Kecamatan Maiwa.
PTPN XIV sebelumnya menyurat ke Bupati Enrekang soal pengukuran dan pemetaan lahan tersebut. Pengukuran dilakukan sejak tanggal 25 Juli hingga 29 Juli 2022. Dengan luas lahan 3.267 Ha.
Warga yang selama ini terus melakukan penolakan kemudian mendatangi lokasi dengan aksi penghadangan atas rencana pengukuran tersebut. Pada hari Senin, warga kembali ke rumah masing-masing dengan aman dan tenang.
Baca Juga: Harga Sawit Riau Naik Pelan-pelan, Petani: Semoga Sampai Rp3.000 per Kg
Pada tanggal 26 juli sekitar pukul 10.00 Wita, warga dari Desa Batu Milla dan desa Karrang kembali melakukan penghadangan terhadap pelaksanaan pengukuran lahan Eks-HGU. Pengukuran dikawal ketat oleh aparat kepolisian dan TNI.
Meski warga dan aparat sempat bersitegang, tak terjadi insiden represif saat itu. Warga kembali membubarkan diri.
Namun, pada Rabu 27 Juli 2022 sekitar jam 10.00 Wita, warga kembali melakukan pengahadangan. Jumlah aparat polisi dan TNI untuk melakukan pengamanan juga terus bertambah.
Polisi lalu membentuk tameng dan memblokade jalan di kampung Kamaseang dengan batang pohon. Gas air mata pun ditembakkan ke arah warga hingga membuat beberapa warga sesak nafas dan mengalami luka-luka.
Kapolres Enrekang AKBP Arief Doddy mengatakan petugas terpaksa mengamankan sejumlah petani karena dianggap sebagai provokator. Mereka menghalang-halangi proses pengukuran lahan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
"Kita sudah lakukan pendekatan secara persuasif dari awal," ujar Doddy, Kamis, 28 Juli 2022.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Kunjungi Lokasi Bencana di Bener Meriah Aceh, Jusuf Kalla Janji Kirim Bantuan
-
Ini Daftar Daerah di Sulsel dengan Tingkat Kehamilan Anak Tertinggi
-
Kejaksaan Periksa Anak Buah Tito Karnavian: Dugaan Korupsi Bibit Nanas Rp60 Miliar
-
Ledakan Guncang Kafe di Makassar, Ini Dugaan Awal
-
Jeritan Ibu-Ibu Korban Banjir Minta Cangkul dan Sekop ke Jusuf Kalla