Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 21 Mei 2022 | 08:39 WIB
Ilustrasi pemanfaatan energi biogas untuk menyalakan kompor gas dari hasil pengelolaan kotoran sapi yang dikelola Basri Daeng Rewa, warga Desa Mattoangin, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Antara]

SuaraSulsel.id - Sejumlah ternak sapi berseliweran merumput ataupun bersantai di bawah rumpun bambu yang rindang di Desa Mattoanging, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Tidak jauh dari sapi-sapi, tampak kotoran sapi yang sudah mengering dan ada pula yang masih basah.

Pemandangan lain akan berbeda ketika tiba di rumah salah seorang warga Dusun Mattoangin, Basri Daeng Rewa.

Baik di halaman rumah maupun di depan jalan setapak yang menjadi pembatas petakan-petakan sawah depan rumah panggung itu, tak ada seekor sapi yang lalu-lalang.

Baca Juga: Peternak Mattoanging Maros Ubah Kotoran Sapi Jadi Bio Gas, Bisa Masak Gratis 10 Tahun Tanpa Beli Elpiji

"Sapi-sapi milik kami, dikandangkan di samping rumah agar memudahkan menampung kotorannya," kata lelaki lulusan SMA Nasional Maros ini.

Awalnya hanya memiliki empat ekor sapi dari hasil ternak peninggalan orang tua, kemudian sapi tersebut beranak-pinak dan kini sudah lebih dari 10 ekor yang dikembangkan dengan cara dikandangkan dan diberi pakan, tanpa dibiarkan merumput sendiri.

Menurut lelaki paruh baya yang memiliki dua putra ini, kotoran sapi yang diternak awalnya hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau kompos.

Namun setelah petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Maros mengunjungi lokasinya dan memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk menjadi energi biogas, Basir tertarik mencobanya.

Dengan memanfaatkan sisa lahan, kandang ternak sapinya pun dibangun semi permanen, termasuk membangun bak penampungan kotoran sapi dan sistem pengolahan sederhana untuk memproduksi energi biogas.

Baca Juga: Upaya Pengusaha Swasta Dukung Program Pemerintah Gapai Net Zero Emission

Berkat kegigihan dan kesungguhan Basir untuk mengelola kotoran sapinya itu, akhirnya berhasil memproduksi energi biogas yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menghidupkan kompor gas dua "tungku".

Api yang dihasilkan kompor dari energi biogas ini berwarna biru, sehingga panci-panci bebas dari kerak hitam seperti jika memasak dengan kayu bakar.

Basir pun mengakui tidak perlu mengeluarkan anggaran dapur untuk membeli gas elpiji dalam 10 tahun terakhir, setelah memanfaatkan kotoran sapinya.

Hasil dari usahanya itu tidak terlepas dari peran kedua anak lelakinya yang di sela-sela sekolahnya rela berpanas-panas mencari rumput untuk pakan ternak sapi mereka.

Kini, kedua anaknya dapat bersekolah dari hasil pertanian dan ternak yang dikelola bersama ayahnya. Putra sulung Basir saat ini duduk di bangku akhir Universitas Muslim Maros (UMMA) dan putra bungsunya di bangku akhir salah satu SMK di kabupaten itu.

Mencermati hal tersebut, Basir adalah salah satu dari sekian banyak petani sekaligus peternak yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel yang sudah dapat menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan.

Load More