Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 05 April 2022 | 13:43 WIB
Darah Menteri Luhut Binsar Pandjaitan diambil oleh dokter Terawan untuk diberikan vaksin Nusantara [Suara.com/Tio]

SuaraSulsel.id - Universitas Hasanuddin Makassar menanggapi tuduhan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia atau MKEK IDI.

Seperti diketahui, MKEK IDI menuduh pembimbing dokter Terawan di Unhas. Mendapat tekanan soal disertasi berisi metode "cuci otak" pada tahun 2016. Hal tersebut membuat pihak Unhas bereaksi.

"Harusnya MKEK IDI bisa membuktikan tuduhannya itu. Tidak berandai-andai," kata Kepala Subdit Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Unhas, Ishaq Rahman, Selasa 5 April 2022.

Ishaq mengatakan, harusnya IDI bisa membuktikan bahwa para pembimbing Terawan mendapat tekanan. Saat melakukan uji disertasi tersebut. Sekaligus menyebut siapa nama pihak yang menekan.

Baca Juga: Di Depan DPR, Mantan Ketua IDI Blak-blakan Ungkap Alasan Terawan Mangkir Saat Dipanggil MKEK

Sebelumnya, anggota MKEK IDI, Rianto Setiabudy yakin para pembimbing Terawan di Universitas Hasanuddin sebenarnya tahu ada kekurangan dari terapi "cuci otak" tersebut. Namun, mereka diam karena ditekan oleh pihak eksternal.

"Sebetulnya mereka tahu sejak semula weakness ini, cuma mereka terpaksa mengiyakannya. Karena konon ada tekanan eksternal," ujar Rianto.

MKEK sendiri sudah merekomendasikan agar Terawan diberhentikan dari IDI. Terapi cuci otak jadi penyebabnya.

Kata Rianto, terapi cuci otak Terawan punya kelemahan secara substansial. Metode Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF) yang digunakan merupakan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA).

Salah satu kekurangannya adalah metode DSA Terawan menggunakan heparin. Caranya, memasukkan kateter dari suatu pembuluh darah di paha sampai ke otak dan akan dilepaskan ke kontras otak.

Baca Juga: Saat Darah Luhut Diambil Terawan Demi Vaksin Nusantara

Terawan diketahui tercatat sebagai mahasiswa S3 Universitas Hasanuddin. Disertasinya membahas soal terapi cuci otak tersebut.

SuaraSulsel.id sudah berulang kali menghubungi salah satu promotor Terawan kala itu, Prof Irawan Yusuf. Namun, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas itu mengaku tak bersedia diwawancara.

Irawan mengizinkan mengutip hasil wawancaranya dengan salah satu TV pada tahun 2018 lalu di youtube. Dari wawancara Irawan di youtube, ia mengaku sebenarnya tak ada masalah dengan metode pengobatan Terawan.

"Saya katakan dalam dunia kedokteran itu, hampir semua teknologi yang membuat terobosan selalu dimulai dari kontroversi. Tapi kontroversi ini harus diselesaikan dengan riset panjang," ujarnya.

Terawan dinilai mampu membuktikannya. Bahkan inovasinya sudah diujicobakan ke beberapa orang. Termasuk ke penderita stroke.

"Terawan bisa mengubah DSA dari diagnosis menjadi terapi dengan menginjeksi Heparin ke pasien," ungkapnya.

Irawan mengatakan dari sudut metode penelitian yang digunakan dokter Terawan, ini sudah sesuai standar yang digunakan mahasiswa S3 program Doktor di Unhas.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More