SuaraSulsel.id - Pohon kelapa tumbuh secara alami di tepi pantai Pulau Panjang, Kepulauan Moora, kawasan Teluk Cenderawasih bagian selatan atau lepas pantai Nabire, Papua.
Mengutip Kabarpapua.co -- jaringan Suara.com, kampir keseluruhan Pulau Kapotar ditumbuhi pohon kelapa. Sebagian sudah dibudidayakan secara intensif oleh warga.
Pulau Kapotar merupakan pulau tidak berpenghuni, perkampungan warga berada di Pulau Mambor yang terletak di sebelah selatan Pulau Kapotar.
wisatawan lebih suka menyebutnya dengan nama Pulau Mowirin, padahal sebenarnya Mowirin merupakan nama salah satu pantai di pulau ini.
Warga Mambor hanya sesekali datang ke Pulau Kapotar, untuk mencari teripang pada saat air surut, membersihkan kebun atau memanen kelapa.
Pohon kelapa di Pulau Kapotar pada umumnya tinggi-tinggi. Uniknya pada batang pohonnya tidak dibuat pijakan kaki untuk memanjat.
Kelapa di Pulau Kapotar hanya diambil buah yang sudah tua saja. Cara mengambilnya sangat unik, tidak perlu dipanjat. Pemilik kebun kelapa hanya mengumpulkan buah-buah kelapa tua yang jatuh.
Buah kelapa ini setelah dikupas kulitnya, kemudian dijual ke Kota Nabire, atau oleh pengepul dijual ke Moanemani, Dogiyai yang terletak di pegunungan Papua.
Satu buah kelapa dihargai Rp3 ribu, namun ketika sudah sampai di pegunungan Papua, harganya bisa mencapai Rp10 ribu per butir. Karena pohon kelapa tidak bisa tumbuh di sana.
Baca Juga: Menikmati Suasana Serasa di Pulau Pribadi Saat Berkunjung ke Nusa Ceningan
Buah kelapa Pulau Kapotar dikenal memiliki daging buah yang tebal, lebih keras dan kadar airnya tidak terlalu banyak.
Buah kelapa muda memiliki rasa yang unik, mungkin karena tumbuh di pulau kecil di tengah laut, didukung oleh tanah yang subur, sehingga rasanya berbeda.
Kelapa muda Pulau Kapotar berasa segar, manis campur asam, di lidah terkecap seperti bersoda. Daging buah kelapa muda berwarna putih bening dan bertekstur lembut.
Buah kelapa muda ini paling dicari para wisatawan yang berkunjung ke pulau ini. Pohon kelapa di Pulau Kapotar bisa berbuah hingga 25 tahun.
Selain dijual dalam bentuk buah, oleh warga Mambor buahnya diolah menjadi minyak kelapa. Mereka tidak terpengaruh oleh isu minyak goreng yang langka di pasaran saat ini.
Minyak kelapa ini mereka manfaatkan untuk menggoreng ikan atau menumis sayuran. Ikan atau sayur dimasak tanpa bumbu, hanya dengan minyak kelapa buatan sendiri. Proses memasaknya menggunakan kayu bakar, perpaduan ini menghasilkan masakan yang enak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Semua Wilayah Sulsel Rawan Banjir? BPBD Ungkap Fakta Mengejutkan!
-
Pengusaha Makassar Laporkan Wakil Wali Kota ke Polisi, Ini Kasusnya
-
Komentar 3 Calon Rektor Unhas Usai Pemilihan, Siapa Bakal Taklukkan MWA?
-
Suara Nyanyian Picu Pertumpahan Darah, Ayah-Menantu Tewas di Gowa
-
Pandji Pragiwaksono Dikecam! Antropolog: Tidak Pantas Dijadikan Lelucon