Ayahnya adalah seorang dokter pribadi Mangku Negara VII di Surakarta sangat gemar bermain gitar, seruling dan biola.
Sedangkan sang ibu pandai bermain akordeon. Dari sanalah kegemaran Sudharnoto terhadap musik lahir.
Namun demikian, meskipun kedua orangtuanya bisa memainkan alat musik, Sudharnoto belajar musik dari sejumlah seniman seperti Jos Cleber, Daljono, Soetedjo hingga R.A.J. Soedjasmin, hal ini sebagaimana dicatat dalam buku Lagu Wajib Nasional tulisan Wildan Bayudi (2019:181).
Dalam perjalanan kariernya sebagai musikus, Sudharnoto pernah mengisi siaran RRI Solo bersama orkes pimpinan Maladi bernama Orkes Hawaiian Indonesia Muda. Sudharnoto menjadi kepala seksi musik di RRI Jakarta dan menjadi pengisi acara di Hammond Organ Sudharnoto, pada tahun 1952.
Baca Juga: Densus Tangkap Terduga Teroris Jamaah Islamiyah di Perumahan Samawa Village Tangerang
Selain hal itu, Sudharnoto juga mendirikan Ensambel Gembira, sebuah kelompok penyanyi Istana, bersama sejumlah seniman yaitu Bintang Suradi dan Titi Soebronto K. Atmojo.
Namun sayangnya, pasca-meletusnya tragedi 1965, seluruh anggota Lekra diburu, ditangkap, ditahan serta dibunuh tanpa melalui proses pengadilan. Sudharnoto tidak luput dari peristiwa itu. Sudharnoto diberhentikan dari RRI dan ikut dijebloskan di Rumah Tahanan Salemba.
Akibat peristiwa tersebut, Sudharnoto kehilangan pekerjaan. Setelah keluar dari penjara, Sudharnoto bekerja serabutan mulai dari menjadi penyalur es, sopir taksi hingga sopir di Bank Indonesia.
Akan tetapi, pada tahun 1969, ia kembali terjun ke dunia musik dengan menjadi pianis di sebuah restoran dan hotel di Jakarta. Pada tanggal 11 Januari 2020, Sudharnoto meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Karet.
Selain menggubah “Mars Pancasila" yang kini dikenal sebagai lagu “Garuda Pancasila", Sudharnoto juga telah menciptakan banyak lagu di antaranya “Asia-Afrika Bersatu", “Dunia Milik Kita" dan “Bunga Sakura".
Baca Juga: Dokter Sunardi Tewas Ditembak, Fadli Zon Sebut Kebiadaban yang Tidak Adil Tanpa Kemanusiaan
Lagu "Dunia Milik Kita" ciptaan Sudharnoto dimasukkan ke dalam album perdana milik Paduan Suara Dialita yang berisikan lagu-lagu ciptaan para komponis penyintas tahanan politik 1965 selama berada di penjara pengasingan, termasuk Sudharnoto.
Berita Terkait
-
Alun-Alun Pancasila Kebumen, Destinasi Buka Puasa yang Anti-Mainstream!
-
Ketua Pemuda Pancasila Larang Anggota Minta THR ke Masyarakat atau Pelaku Usaha
-
Sehari Sebelum Pengesahan, Mahasiswa Trisakti Geruduk Gedung DPR Nyatakan Tolak RUU TNI
-
Kapan Lahirnya Ormas Pemuda Pancasila? Viral Diduga Segel Pabrik yang Tolak Bayar Setoran dan THR!
-
Viral Ormas Pemuda Pancasila Segel Pabrik Diduga Karena Tidak Mau Bayar Setoran
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
Pilihan
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
Terkini
-
Cuti Lebaran Usai! ASN Sulsel Wajib Ngantor Besok, Nekat Libur? Ini Sanksinya!
-
Balap Perahu Hias dan Lebaran Ketupat: Dua Tradisi Unik di Gorontalo dan Mataram
-
Gelap Ruang Jiwa: Bisnis Aksesori Binaan BRI yang Ekspansi Global Lewat BRI UMKM EXPO(RT) 2025
-
Batal Nikah Gegara Uang Panai? Rumah Calon Pengantin Pria di Jeneponto Hancur
-
Muhammadiyah Sindir Tata Kelola Kampus: Hindari Personal, Keluarga, dan Kelompok