Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 13 Maret 2022 | 08:42 WIB
Antrean truk dan bus di jalan raya menunggu solar membuat kemacetan di jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, sabtu 12 Maret 2022 [SuaraSulsel.id/Muhammad Yunus]

SuaraSulsel.id - Sejumlah pengendara mulai mengeluhkan kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi di Makassar. Sehingga harus berjuang antre berjam-jam pada sejumlah SPBU.

"Susah sekali dapat solar, sudah empat SPBU saya datangi tapi susah dapat. Harus antre dulu. Ini delapan jam sudah menunggu antrean," ucap Daeng Gassing, sopir truk ekspedisi lintas provinsi di sekitar salah satu SPBU Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sabtu 12 Maret 2022.

Mengutip Antara, Ia menuturkan, harus mendapatkan solar untuk melanjutkan perjalanan ke Morowali. Sehingga mesti ikut antrean panjang di SPBU Makassar. Karena ketika menuju perjalanan ke daerah akan sangat sulit menemukan solar di setiap SPBU yang dilintasi.

"Di sini saja susah dapat solar harus rela mengantre, apalagi kalau di daerah, jangan harap," katanya.

Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Kedatangan Gubernur Sulsel di Bandara Sultan Hasanuddin

Hal senada dialami Sopir bus lainnya, Bachtiar. Ia sudah mengantre selama lima jam, dan belum juga mendapatkan solar. Karena melihat ada pasokan di SPBU setempat, ia rela antre untuk mendapatkan solar demi melanjutkan perjalanan ke luar daerah, meskipun pembelian dibatasi.

Dari pantauan, antrean panjang terjadi di SPBU di Jalan Perintis Kemerdekaan, puluhan kendaraan antre parkir hingga mengambil sebagian badan jalan. Menimbulkan kemacetan panjang. SPBU setempat juga membatasi pembelian solar bersubsidi.

Dikonfirmasi terpisah, Senior Supervisor Communication dan Relation PT Pertamina Region Sulawesi, Taufiq Kurniawan, membenarkan bahwa kondisi yang ada saat ini banyak antrean kendaraan mendapatkan solar bersubsidi yang ditetapkan pemerintah di SPBU Rp5.150 per liter.

Pihaknya berdalih, antrean kendaraan yang terjadi di SPBU karena meningkatnya jumlah kendaraan serta subsidi solar diatur oleh kuota. Artinya, harus dilakukan pembatasan agar BBM bersubsidi yang disalurkan sesuai dengan kouta yang diatur pemerintah.

"Kouta ini mengalami penurunan tiap tahun. Penurunannya dari tahun ini ke tahun sebelumnya sekitar tujuh persen. Nah, ketika ada penurunan, kita dihadapkan dengan volume kendaraan yang semakin bertumpuk, maka dilakukan pembatasan," katanya.

Baca Juga: Masjid 99 Kubah Mulai Difungsikan, Masyarakat Puji Komitmen Pemprov Sulsel

Saat ditanyakan data berapa kouta BBM bersubsidi yang dialokasikan di Sulsel, Taufiq Kurniawan enggan menyampaikan data tersebut dan hanya mengatakan ada pengurangan kouta.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi Dinas ESDM Sulsel Jamaluddin menyebut, telah mengusulkan kouta BBM subsidi tahun 2022 yakni premium sebanyak 1.015.707 kilo liter, solar 800 ribu kilo liter. Namun yang disetujui BPH Migas, premium hanya 497.314 kilo liter, dan solar 540.980 kilo liter.

Untuk kouta subsidi BBM jenis premium pada 2021 sebanyak 791.897 kilo liter. Tetapi pada tahun 2022 menurun dan hanya mendapatkan 497.314 kilo liter. Sedangkan untuk kouta solar tahun 2021 sebanyak 512.000 kilo liter, tahun ini menjadi 540.980 kilo liter atau naik 5 persen.

Sementara itu, seorang sopir Damri mengaku kepada SuaraSulsel.id, kelangkaan solar sudah terjadi selama satu minggu. "Kalau beli solar non subsidi harganya Rp11.500. Kita rugi," katanya.

Load More