Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 06 Maret 2022 | 14:22 WIB
Ilustrasi: Perempuan memakai baju Bodo atau baju bodo gesung, baju adat suku Bugis Makassar di Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Gelar Andi sangat banyak digunakan warga di Sulawesi Selatan. Jika sudah ada kata Andi di depan nama, maka dianggap sebagai keturunan bangsawan.

Namun, Andi ternyata bukan gelar bangsawan yang murni lahir dari budaya masyarakat Sulawesi Selatan.

Selain Andi, gelar bangsawan di Sulawesi Selatan juga masih banyak. Antara lain Opu, Daeng, Karaeng, Arung, Bau, Petta, atau Puang. Untuk anak-anak akan diberi tambahan La bagi laki-laki dan I untuk perempuan.

Lalu dari mana asal usul istilah Andi untuk bangsawan di Sulawesi Selatan?

Baca Juga: Andi Arief Sindir Jokowi Tak Tegas soal Wacana Penundaan Pemilu: Ambisi Besar Bapak Malah Terlihat

Pakar sejarah Universitas Negeri Makassar Prof Darman Manda mengatakan, gelar Andi jadi pembeda antara penduduk pribumi yang merupakan keturunan bangsawan dengan rakyat biasa. Tapi yang memperkenalkan gelar ini justru orang Belanda bernama B.F. Matthes.

"Matthes inilah yang tulis ulang kitab I La Galigo, karya sastra terpanjang di dunia," ujar Darman.

Darman mengatakan Matthes mencetuskan nama itu agar bisa membedakan mana murid keturunan bangsawan dan mana yang yang bukan. Karena Matthes adalah pendiri sekolah Opleiding School Voor Inlandhsiche Ambtenaren atau Osvia.

Ia ingin punya Standen Stelsel di Zuid Celebes seperti yang ada di Jawa. Maka, mulailah ia memberikan titel Andi kepada semua bangsawan.

"Dulu kan tidak semua orang bisa sekolah. Belanda catat dulu daftar silsilah keturunannya dan harus setia ke pemerintahan Hindia Belanda," tambahnya.

Baca Juga: Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman Ketua Ikatan Alumni Unhas Periode 2022-2026

Setelah Belanda berhasil menguasai Sulawesi Selatan sepenuhnya, pemerintah kolonial mulai bisa mengintervensi kerajaan. Makanya, pemerintahan kolonial butuh tenaga-tenaga ahli dari kaum terpelajar.

Belanda kemudian mendirikan sejumlah sekolah lanjutan atau setara SMP. Salah satunya adalah Mulo dan Holland Indlands Kwekschool atau HIK.

Sekolah Mulo bahkan masih dipertahankan hingga saat ini. Gedungnya diubah menjadi Kantor Dinas Pariwisata Pemprov Sulsel.

Sementara, di wilayah pelosok dibangun sekolah gubernemen atau sekolah desa dan volks school. Sekolah itu mencetak pegawai untuk pemerintahan dan pegawai administrasi untuk perusahaan.

Mereka yang telah menamatkan pendidikan di sekolah yang telah ditentukan Belanda itu kemudian akan memperoleh gelar Andi di depan nama mereka.

Hal ini juga ditulis apik dalam buku berjudul Sejarah, Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan karya Prof Mattulada.

Dalam bukunya, Mattulada mencatat bahwa jika ingin mengikuti sekolah dari tingkat HIS atau sekolah pamong praja yang lazim disebut sekolah raja, maka setiap siswa harus menyertakan stamboom atau daftar silsilah keturunan dan lembar pernyataan kesetiaan pada pemerintah Hindia Belanda.

Mattulada mencatat penggunaan gelar Andi ini dimulai sekitar tahun 1930 oleh para kepala swapraja dan keluarga bangsawan untuk memudahkan identifikasi keluarga raja.

Jadi istilah gelar Andi diberikan oleh Belanda untuk membedakan bangsawan Sulawesi dengan yang terdidik atau bangsawan biasa.

Para bangsawan terdidik ini sengaja diberi gelar sendiri dan nantinya dipersiapkan oleh Belanda untuk mengisi jabatan-jabatan penting atau jabatan pemerintahan.

Hingga masa pemerintahan kolonial Belanda berakhir di Indonesia, penggunaan gelar Andi ini masih digunakan oleh para keturunan bangsawan dan tetap menyematkannya di depan nama anak-anak atau keturunan mereka.

Gelar Andi paling banyak digunakan oleh keturunan bangsawan di Kabupaten Bone, Soppeng, dan Wajo.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More