SuaraSulsel.id - Kesultanan Ternate Maluku Utara memprogramkan Ternate sebagai kota religius. Dengan menggelar acara Maluku Utara berzikir dan salawat di seluruh masjid secara serentak. Sehingga bisa membawa generasi penerus memiliki keyakinan agama yang makin baik.
"Program ini bisa membawa generasi penerus berakhlak dan memiliki keimanan yang kuat, agar terhindar dari perilaku, pola pikir dan tindakan yang tidak baik di tengah modernisasi dan kecanggihan alat komunikasi," kata Sultan Ternate ke-49 Hidayatullah Sjah kepada ANTARA di Ternate, Minggu 13 Februari 2022.
Menurut dia, dalam sebulan terakhir ditemukan anak-anak mulai mengisap aroma lem dan program Ternate sebagai kota religius diyakini akan berdampak pada akhlak generasi muda di Malut dan Kota Ternate.
Dia mencontohkan, ada perangkat Kesultanan Ternate yang membawa anak-anak peminum miras di bawa ke masjid untuk dibina. Ini merupakan upaya Kesultanan untuk menjadikan Ternate sebagai kota religius dan keberagaman antarsuku, etnis yang sangat kuat, sehingga situasi kamtibmas di daerah ini terus terpelihara.
Sultan menegaskan Kota Ternate merupakan daerah majemuk dan terbuka dan bisa bertahan hingga 800 tahun lebih, karena tidak pernah mengisolasi untuk kelompok tertentu, buktinya wilayah yang didiami masyarakat di Ternate sebagian besar dari luar daerah.
Untuk kawasan Kampung Makassar misalnya didiami etnis Makassar, Kasturian dari Banggai, Salero berasal dari Padang dan Melayu, Tabam warga asal Pulau Makian, Dufa-Dufa dari Tidore, Sulamadaha hingga ke Pulau dari Pulau, ada Kampung Palembang, Falajawa dari Pulau Jawa, Kampung Cina dari Keturunan Tionghoa, Kampung Sarani didiami sebagian besar keluarga dari Kristiani.
Bahkan, perwakilan etnis memiliki pejabat dan perwira militer di Kesultanan Ternate dan seluruhnya telah dikukuhkan untuk bersama-sama membangun Ternate dan bisa dilihat minim terjadinya gesekan antar-etnis, karena telah merasa ada sistem yang benar dan tidak membeda-bedakan etnis dan golongan.
Apalagi, struktur Kesultanan Ternate dan anggota parlemen yang dikenal Bobato 18 dihuni oleh orang dari luar Ternate, tetapi tidak pernah ada kudeta terhadap Sultan Ternate, karena sistem yang diatur begitu bagus.
Dia menyebutkan sejak dahulu kala, warga dari luar Malut yang datang ke Ternate seperti suku asal Sulawesi, Jawa hingga warga keturunan Tionghoa mereka mampu menggunakan bahasa Ternate dan buktinya sampai saat ini tidak ada gesekan-gesekan yang bernuansa etnis.
Baca Juga: 4 Negara Islamofobia, Rusak Masjid, Ancam Bunuh Muslim Hingga Bakar Alquran
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Ini Daftar Daerah di Sulsel dengan Tingkat Kehamilan Anak Tertinggi
-
Kejaksaan Periksa Anak Buah Tito Karnavian: Dugaan Korupsi Bibit Nanas Rp60 Miliar
-
Ledakan Guncang Kafe di Makassar, Ini Dugaan Awal
-
Jeritan Ibu-Ibu Korban Banjir Minta Cangkul dan Sekop ke Jusuf Kalla
-
Stadion Untia Makassar Jadi Proyek Strategis Tahun 2026