Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 31 Januari 2022 | 16:32 WIB
Muhammad Ridho pernah dipercaya mendesain baju Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Berkunjung ke Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Nama Muhammad Ridho cukup kondang. Ia berpengalaman memproduksi pakaian tenun sutra untuk pejabat negara.

Ridho pernah dipercaya mendesain baju Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono.

Pada tahun 2014, kata Ridho, SBY yang menjabat sebagai Presiden RI kala itu, hendak berkunjung ke Sulsel. Ia kemudian diminta menyiapkan baju untuk kepala negara dan ibu negara yang terbuat dari tenun sutra.

"Saya pilih kain sutra yang paling bagus kualitasnya. Warna hitam," kata Muhammad Ridho, Senin, 31 Januari 2022.

Baca Juga: Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin Mau Berkunjung ke Rumah Almarhum KH Sanusi Baco di Makassar

Ridho mengaku permintaan itu cukup mendadak. Produksi satu baju sutra saja butuh waktu sampai sepekan lebih. Belum lagi motifnya.

Namun dalam waktu tiga hari, Ridho berhasil menyiapkan baju khas tenun sutra untuk SBY dan Ani Yudhoyono.

Satu baju untuk SBY, butuh kain sampai 3,5 meter.

Ridho juga dituntut untuk membuat motif yang punya makna dan filosofi. Ia lalu memadukan motif aksara lontara dan ukiran Toraja sebagai ciri khas budaya Sulawesi Selatan.

"Saya pilih ukiran Paqbulu dari Toraja untuk bagian dada. Artinya pemimpin. Kemudian dipadukan dengan aksara lontara di pinggiran yang dimaknai sederhana. Pemimpin yang sederhana," ujarnya.

Baca Juga: Negara Rugi Rp9,3 Miliar Dalam Pengadaan Alat Kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah Makassar

Ridho tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya walau pengalaman itu sudah delapan tahun berlalu. Hasil karyanya saat itu hanya dihargai Rp6 juta saja.

"Tapi saya bahagia, saya dipercaya bikinkan baju untuk Presiden," ujarnya.

Ridho juga yang selalu menyiapkan baju tenun sutra untuk Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Katanya, hampir 80 persen pakaian sutra mantan Gubernur Sulsel itu dia yang buat.

Sayang, usaha tenun sutranya saat ini terkatung-katung. Produksinya tak lagi aktif seperti dulu.

Masalahnya hanya satu. Bahan baku yakni ulat murbei harus diimpor dari China.

Harganya pun semakin mahal. Satu box saja, kata Ridho harganya Rp1,2 juta.

Sementara, satu box itu hanya mampu memproduksi benang sampai 5 kilo. Setiap satu kilo bisa menghasilkan 12 meter kain saja.

"Saya dulu punya 15 pengrajin, sekarang tidak ada. Kalau ada permintaan kita panggil satu atau dua orang saja," keluhnya.

Pemilik Koperasi Sutra Sengkang ini menambahkan produksi tenun sutra asal Sengkang bisa terancam punah. Saat ini, kelompok pengrajin hanya tersisa sekitar 10 persen saja.

Padahal dulu hampir 95 persen orang Sengkang mata pencahariannya berpatokan sama tenun sutra. Sekarang sudah tidak ada yang mau.

"Kita tidak mampu. Masalahnya hanya satu karena bahan baku mahal. Harus impor," bebernya.

Ia berharap pemerintah bisa membantu pengrajin mengatasi hal ini. Soal sutra, Indonesia kalah jauh dari China saat ini.

Padahal sutra Sengkang adalah kebanggaan suku Bugis. Konon, tenun Sengkang punya simbol status dan gengsi yang dianggap suci.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More