SuaraSulsel.id - Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) yang selama ini menangani kasus pencemaran Laut Timor pada Agustus 2009 lalu menyebutkan bahwa dua orang saksi kunci kasus tumpahan minyak Montara meninggal dunia di tengah kasus terus berjalan.
"Dua saksi kunci itu meninggal dunia setelah pulang dari Sydney, usai memberikan kesaksian di pengadilan Australia. Keduanya adalah Gabriel Mboeik II dan Melkianus," kata Ketua YPTB Ferdi Tanoni, di Kupang, Jumat 28 Januari 2022.
Ia menjelaskan bahwa pada Juni 2019 lalu ada lebih dari 30 saksi petani rumput laut dibawa ke Sydney untuk memberikan kesaksian di pengadilan Australia. Di antara mereka ada dua korban saksi kunci kasus tumpahan minyak itu.
Kedua saksi kunci itu berasal dari Rote Ndao, kabupaten terselatan NKRI yang memang berbatasan laut langsung dengan Australia.
Baca Juga: Tumpahan Minyak Cemari Pantai di Peru Usai Letusan Gunung Berapi Tonga
Ferdi menjelaskan bahwa kedua saksi kunci itu adalah tokoh masyarakat di Desa Oelua dan Oebua yang merupakan dua dari ratusan korban serta saksi kunci tumpahan minyak Montara pada Agustus 2009 lalu.
Saat menjadi saksi di pengadilan Australia, Gabriel Mboiek, kata Ferdi, sempat menceritakan bahwa saat kejadian tumpahan minyak Montara dan mengalir sampai ke lokasi budi daya rumput laut di Rote Ndao bau minyaknya sangat menyengat ketika tali rumput laut diangkat.
"Ia merasa gatal di tubuhnya, dan tidak hanya satu petani rumput laut saja, tetapi juga hampir semua petani rumput laut di NTT," ujar dia, mengutip Mboiek.
Ferdi yang sempat meninjau langsung kondisi petani rumput laut yang terkena dampak itu, mengaku bahwa para petani rumput laut menunjukkan ruam dan bekas luka mengerikan di lengan dan bagian tubuh lainnya.
Para petani rumput laut itu tak mengetahui dari mana asal dari minyak yang mengalir ke daerah mereka. Mereka juga tak mengetahui minyak yang tumpah itu berbahaya atau tidak.
Baca Juga: Di Malam Natal BMKG Umumkan Potensi Bibit Siklon Tropis 97S di Laut Timor
Lebih lanjut, kata Ferdi, selain kedua saksi kunci itu, berdasarkan data yang dimiliki ada sekitar 100 lebih petani rumput laut yang meninggal dunia akibat terkena tumpahan minyak itu selama menunggu kepastian hukum akan kasus itu.
"Pastinya ada ratusan petani rumput laut yang meninggal dunia menunggu kepastian keadilan kasus itu. Agustus tahun ini adalah tahun ke 13 dimana proses tuntutan masih terus dilakukan oleh para petani rumput laut dan nelayan di sejumlah daerah di NTT yang terkena dampak," kata dia.
Ferdi pun mengaku akan terus berjuang untuk menyuarakan ketidakadilan tersebut kepada Pemerintah Australia dan juga kepada perusahaan yang mengakibatkan tumpahan minyak itu terjadi, yakni PTT Exploration and Production (PTTEP) Australasia yang induk perusahaannya adalah PTTEP yang berbasis di Bangkok, Thailand.
Berita Terkait
-
Latihan Pencemaran Minyak di Laut, National Marpolex 2023 Resmi Dibuka
-
PTTEP Tak Cuma Bayar Kompensasi Tapi Wajib Perbaiki Lingkungan, Luhut: Jangan Enaknya Aja, Bisa Dibodoh-bodohin Kita!
-
Menko Luhut Kesal Kasus Tumpahan Minyak Montara Harusnya Selesai Sebelum Pemerintahan Jokowi
-
Indonesia Bahas Potensi Terjadinya Pencemaran Minyak di Laut Pada Pertemuan RCF ke-41
-
Tantang Australia Tunjukkan Bukti Kepemilikan Pulau Pasir, Masyarakat Adat: Jika Tak Bisa Segera Angkat Kaki
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Daftar Petinggi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM), Viral Usai Video Razia RM Padang
- Penampilan Happy Asmara Saat Manggung Jadi Omongan Warganet: Semakin Hari Kelihatan Perutnya...
- Kecurigaan Diam-diam Paula Verhoeven sebelum Digugat Cerai Baim Wong: Kadang Chat Siapa Sih?
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
Pilihan
-
Emiten Makanan Cepat Saji KFC Gigit Jari, Kini "Jagonya" Rugi
-
Prabowo Hapus Utang UMKM, Bikin Rugi Bank?
-
Politisi Gerindra Usul TNI Jadi Petugas Haji, Segini Gajinya
-
Terkuak! Ini Sosok Striker Keturunan yang Segera Dinaturalisasi Timnas Indonesia, Punya Darah Medan!
-
Batubara Ekspor Sumber Global Energy Dikomplain Vietnam karena Tak Sesuai Nilai Kalori