SuaraSulsel.id - Kabar Indonesia akan membangun Taman Jurrasic di Taman Nasional Komodo sempat hebih. Selain menjadi perbincangan di kalangan penggiat lingkungan dalam negeri, informasi tersebut sempat menjadi konsumsi hingga luar negeri.
Kekhawatiran tersebut bisa dipahami, karena informasi itu diasosiasikan dengan film Jurrasic Park yang sempat menjadi tontonan dalam deretan Box Office dunia.
Memang, Presiden Joko Widodo mencetuskan program wisata premium di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK), Nusa Tenggara Timur (NTT), pada akhir tahun lalu.
Kantor Staf Presiden (KSP) pekan lalu mengirim tim. Untuk melakukan verifikasi lapangan. Terkait kekhawatiran masyarakat tersebut.
Salah satu lokasi yang dikunjungi, yakni Pulau Rinca, tempat dibangunnya "Taman Jurrasic".
Pulau Rinca terletak di sebelah barat Flores dengan dipisahkan selat Molo. Memiliki luas 20.000 hektare, Pulau yang menjadi habitat alami Komodo ini merupakan pulau terbesar kedua di Taman Nasional Komodo, NTT.
Lebih dari separuh luas pulau Rinca ditutupi sabana dengan sebaran hutan gugur terbuka dan mangrove.
Melihat penataan sarana di Pulau Rinca ternyata jauh dari kesan mewah. Tim KSP memantau, proses pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca sudah mendekati tahap akhir.
Dari luas keseluruhan Pulau Rinca 20.000 hektare, pembangunan penataan sarana hanya berada di area 1,3 hektare. Itu pun berada di pinggir pulau dengan jarak 500 meter dari dermaga Loh Buaya.
Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Indonesia yang Terkenal: Bunaken Hingga Ujung Kulon
Dari dermaga Loh Buaya, akan langsung melewati elevated track setinggi rata-rata tiga meter dari tanah dengan pepohonan liar di sekitarnya. Tiga bangunan dengan desain tradisional pun ditempatkan. Layaknya rumah panggung.
Selama berada di lokasi, belasan komodo berjemur santai di tanah. Satwa purba yang sudah ada sejak 3,5 juta tahun lalu itu tidak terganggu dengan kehadiran manusia.
Hanya ada satu bagunan menjejak tanah yang digagas untuk museum, toilet, dan pengamatan langsung komodo dari jarak lebih dekat.
Yang menarik dalam pembangunan sarana ini, terlihat sangat memperhatikan kondisi layaknya habitat asli. Sebelumnya, pengunjung di Pulau Rinca harus melewati jalan setapak di tanah.
Sejumlah bangunan yang dulu dipakai untuk pos penjagaan dan tempat pengamatan bagi para ilmuwan, kini sudah dibongkar.
Sementara sarana yang dibangun saat ini, memberi ruang gerak lebih bebas pada komodo. Jalan setapak yang diubah menjadi elevated track, bakal mengurangi persimpangan langsung antara komodo dan manusia. Bagunan bagi staf taman nasional dan peneliti, sekarang dibuat melayang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Rekrutmen 'Busuk' Polri dari Hulu ke Hilir Bikin Masyarakat Hilang Kepercayaan
-
Dihukum Mati! Fakta Mengerikan Pembunuhan Sales Cantik Terungkap di Sidang
-
Jejak Fakta Fakultas Ekonomi Unhas: Alumni Pertama Orang Toraja
-
Rektor Unhas Dituduh Terafiliasi Partai Politik? Prof JJ Siapkan Langkah Hukum
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!