SuaraSulsel.id - Ada yang menarik pada kunjungan kerja Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo ke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, pekan lalu. Ia dihadiahi badik oleh tokoh masyarakat setempat.
Badik itu kemudian langsung diselipkan Syahrul ke pinggangnya. Mantan Gubernur Sulsel dua periode ini memang dikenal suka mengoleksi barang antik seperti badik.
"Ini luar biasa ini. Aku bangga banget. Saya itu jangan mi kasih ka yang lain. Badik mo," ujar Syahrul kepada masyarakat setempat.
Syahrul mengaku Kabupaten Takalar bisa menjadi gerbang utama komoditas kelapa, jeruk, padi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan Indonesia bagian timur.
Baca Juga: Mentan Hasil Pertanian Takalar Jadi Gerbang Komoditas Andalan
Sektor pertanian ini menjadi penting karena selama pandemi berlangsung, pertanian selalu menjadi bantalan pada perekonomian nasional.
"Yang jelas kita harus bisa survive karena cuma pertanian yang menyangga dua tahun ekonomi indonesia. kami yang tumbuh 16,2 yang lain minus, ekspor naik 15,46 itu hanya ada di jaman orde baru. Jadi sektor pertanian itu sangat menjanjikan. Dan kalau saja semua desa di Takalar ini punya kelapa, jeruk dan padi maka selesailah urusan kita di Sulawesi," ujar Syahrul.
Ia mengatakan, pertanian di era sekarang sudah semakin maju dan modern. Bahkan, pemerintah sedang berupaya membuka akses pasar dunia yang lebih luas lagi.
Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini tinggal kemauan. Mau berusaha dan mau berkorban.
"Dan pertanian itu hanya 100 hari kok. Artinya 100 hari sudah bisa kita lihat hasilnya. Kalau kita tanam padi sekarang, tanam jagung sekarang, tiga bulan kemudian sudah untung bapak. Lalu kalau mau lihat hasilnya tanam yang banyak 100 hektare 200 hektare. Supaya bisa kita hitung juga industrinya," katanya.
Baca Juga: Mentan Dorong Kabupaten Takalar Jadi Gerbang Utama Komoditas Padi di Indonesia Timur
Syahrul mengingatkan bahwa tahun berikutnya persoalan dunia semakin kompleks. Ia mencontohkan bahwa terdapat informasi yang memungkinkan kandungan air di bumi semakin sedikit.
Hal itu terjadi karena kondisi perubahan cuaca akibat kondisi planet yang rusak. Yang bisa menyelamatkan hanya tanaman.
"Terakhir sekali ini cuaca lagi jelek, planet lagi rusak. Kemungkinan tahun depan kita melihat air tidak seperti mengalirnya air sekarang. Ini berbahaya dan yang bisa mengikat semua ini hanya tanaman, hanya sektor pertanian," tukasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- 9 Mobil Bekas Murah Sekelas Alphard Mulai Rp 60 Juta: Captain Seat Nyaman Selonjoran
- 5 Rekomendasi Moisturizer untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Jadi Lembap dan Awet Muda
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 7 Mobil Bekas Toyota-Suzuki: Harga Mulai Rp40 Jutaan, Cocok buat Keluarga Kecil
Pilihan
-
10 Mobil Bekas Punya Kabin Luas: Harga di Bawah Rp100 Juta, Muat Banyak Keluarga
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
-
Hadapi Jepang, Patrick Kluivert Akui Timnas Indonesia Punya Rencana Bagus
-
Usai Tepuk Pundak Prabowo Subianto, Kini Handphone Ole Romeny Disita
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Jumbo Terbaru Juni 2025
Terkini
-
Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia, Ambruk di Mimbar Saat Khutbah Idul Adha
-
Sapi Kurban Presiden Prabowo Disembelih di Masjid 99 Kubah Makassar
-
Menu Sederhana dan Murah di Hari Idul Adha: Hemat Tapi Tetap Lezat!
-
Layanan Transportasi Bus Jamaah Indonesia Jelang Puncak Ibadah Haji Bermasalah
-
Ini Doa-Doa Terbaik Saat Menjalankan Puasa Arafah: Menghapus Dosa & Minta Rezki