Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 22 Agustus 2021 | 12:24 WIB
La Galigo disebut sebagai karya sastra terpanjang di dunia. Lebih panjang daripada epik India, Mahabarata, dan Ramayana [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

2. La Galigo

La Galigo bukanlah sebuah novel. Namun, karya sastra ini bisa membawa angan kamu ke abad-14. La Galigo disebut sebagai karya sastra terpanjang di dunia. Lebih panjang daripada epik India, Mahabarata, dan Ramayana.

Kitab kuno berbentuk puisi ini berisi mitos penciptaan dari peradaban Bugis. Bahkan bagi sebagian masyarakat Bugis yang masih menganut agama lokal, yakni kepercayaan Tolotang, posisi La Galigo ialah kitab suci.

Bukan saja apa yang tertuang dalam kitab itu sering dianggap benar-benar pernah terjadi, bahkan bagi penganut agama lokal itu pembacaan La Galigo juga harus disertai ritual.

Baca Juga: Innalillahi, Dua Pendaki Tewas Usai Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung

Sebelum dibaca harus ada persembahan, sesaji, dupa, pemotongan ayam, atau kambing. Hal tersebut membuat UNESCO menjadikan buku ini sebagai Ingatan Kolektif Dunia tahun 2011 silam.

Berbentuk puisi epik, karya ini awalnya berupa tuturan lisan. Namun memasuki paruh pertama abad 19, karya ini mulai ditulis. Berbentuk puisi tradisional Bugis atau Lontara. Komposisi bahasa penyusun puisi ini dianggap indah.

Merujuk deskripsi UNESCO, La Galigo disepakati berasal dari abad ke-14, sekalipun sebenarnya bisa jadi usianya jauh lebih tua. Menariknya, sekalipun La Galigo bukanlah teks sejarah karena aspek mitologis narasi itu terasa sangat kuat, tetapi teks ini diakui oleh banyak ilmuwan memiliki pengaruh besar pada bagaimana sejarahwan melihat masa lalu peradaban Bugis. Khususnya, masyarakat Bugis di periode sebelum era masuknya Islam.

Tokoh utama La Galigo ialah Sawerigading, cucu Batara Guru. Cerita dimulai dari dunia yang kosong dan turunnya Batara Guru ke bumi. Alkisah, manusia pertama ini turun di daerah Luwu di utara Teluk Bone. Batara Guru, sebagai raja digantikan oleh anaknya, La Tiuleng, dan bergelar Batara Lattu'.

La Tiuleng atau Batara Lattu’ punya anak kembar, yakni Sawerigading dan We Tenriabeng. Sengaja keduanya dibesarkan terpisah. Sebagai saudara kembar, mereka baru bertemu lagi saat menginjak usia dewasa. Sawerigading terpesona dan jatuh hati pada saudara kembarnya. Sawerigading pun berniat menikahi We Tenriabeng.

Baca Juga: Epidemiolog Unhas: Kasus Kematian Covid-19 di Sulsel Cenderung Usai Produktif

Rahasia keluarga yang selama ini disimpan pun dibeberkan. Diceritakanlah kepada Sawerigading, We Tenriabeng sejatinya ialah saudara kembarnya. Sementara itu, kawin saudara sedarah diyakini bakal mendatangkan bencana. Mengikuti pola tabu inses yang nisbi universal, cinta Sawerigading jelas bertempuk sebelah tangan.

Kasih yang tak sampai ini kemudian menghantar Sawerigading pergi merantau ke daratan China. Di sana Sawerigading bertemu putri yang berwajah sama persis dengan saudari kembarnya. Bernama We Cudaiq, anak seorang raja di daratan China.

Setelah melewati serangkaian kisah dan peristiwa, lahirlah anak laki-laki sebagai buah cinta dan perkawinan mereka. Anak laki-laki inilah kemudian diberi nama 'La Galigo'.

Sekembalinya Sawerigading dan We Cudaiq ke Luwuk, kerajaannya yang terdahulu, kapal yang dinahkodainya karam. Mereka berdua lantas menjadi penguasa 'dunia bawah'. Sedangkan saudari kembarnya, We Tenriabeng naik ke alam dewa atau 'dunia atas'. Tak berselang lama setelah itu, semua manusia pertama itu dipanggil kembali pulang ke alam dewata. Meninggalkan La Galigo dan saudara lainnya di 'dunia tengah' dan menjadi penguasa Luwuk.

Disebutkan La Galigo menjadi teks susastra yang populer karena beberapa kekuatan atau kelebihan. Salah satunya isi ceritanya terdiri puluhan episode (tereng) dengan cara penulisan yang memiliki aturan sastra yang ketat. Isinya antara lain memuat norma, konsep kehidupan, budaya, silsilah dewa-dewa, dan asal usul orang Bugis.

Natisha: Persembahan Terakhir adalah karya penulis asal Jeneponto, Khrisna Pabicara [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

3. Natisha

Load More