SuaraSulsel.id - Budaya Sulawesi Selatan disajikan dengan banyak media. Mulai film hingga bentuk novel atau karya sastra. Ditulis langsung oleh warga Sulawesi Selatan.
SuaraSulsel.id merangkum beberapa buku atau novel terbaik berlatar belakang soal budaya Sulsel, antara lain :
1. Puya ke Puya
Novel ini sarat dengan kisah seputar adat Toraja. Inilah yang menjadi nilai plus dari novel karya Faisal Oddang ini.
Baca Juga: Innalillahi, Dua Pendaki Tewas Usai Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung
Dengan cara bertutur yang unik dan keragaman perspektif, novel ini mampu mengangkat persoalan lokal berlatar budaya Toraja pada dimensi yang lebih luas.
Novel ini membuka wawasan pembaca bahwa keteguhan terhadap tradisi juga perlu dicermati agar tidak menimbulkan pergesekan dengan kehidupan sosial dan modernisasi.
Dikisahkan, kematian Rante Ralla, sang ketua adat Kampung Kete’ di tanah Toraja, memerlukan biaya sangat besar untuk upacara mengantarkan mayat (rambu solo) ke alam tempat menemui Tuhan (puya).
Ketua adat harus diupacarakan besar-besaran, dipotongkan puluhan kerbau dan ratusan ekor babi demi derajat.
Konflik bermula saat Allu Ralla, putra satu-satunya menolak mengadakan upacara, dan menyarankan agar ayahnya dimakamkan di Makassar. Allu Ralla hanya memiliki tabungan untuk membiayai pemakaman sederhana. Tidak cukup untuk mengupacarakan bangsawan sekelas ayahnya.
Baca Juga: Epidemiolog Unhas: Kasus Kematian Covid-19 di Sulsel Cenderung Usai Produktif
Bagi Allu, kebudayaan adalah produk manusia, dan relevansi dengan zaman sangatlah penting. Jika sudah tak relevan, tidak perlu dipertahankan. Rencana itu ditentang keluarga besar sehingga mayat Rante Ralla tak kunjung diupacarakan.
Niat Allu ini tentu langsung ditentang oleh keluarga besarnya, terutama oleh Paman Marthen, adik Rante Ralla. Sebagai keluarga bangsawan, mereka tentu malu dan tidak sanggup saat dimintai pertanggungjawaban oleh para leluhur.
Si Paman kemudian membujuk Allu dan ibunya, Tina Ralla, untuk menjual tanah dan tongkonan mereka kepada Mr. Berth, pengusaha tambang. Lokasi rumah keluarga Ralla memang menghalagi akses jalan menuju tambang nikel milik bule itu.
Allu menghadapi dilema terberat di usianya yang masih muda, apakah dia tega membiarkan roh ayahnya melayang-layang tak dapat tempat hanya karena masalah dana? Di sisi lain, tongkonan peninggalan sang ayah terancam roboh demi melaksanakan Rambu Solo'.
Puya ke Puya menyodorkan lebih dari konflik antara cueknya modernitas dan kolotnya adat. Novel ini memotret sisi dalam manusia dengan segala warna-warni mereka.
Selain setting Toraja yang kental dengan Rambu Solo'-nya, hal menarik dari novel ini adalah sudut pandang yang digunakan penulis. Faisal Oddang menggunakan sudut pandang orang pertama secara bergantian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Jay Idzes Jadi Pemain Udinese Langsung Cetak Sejarah Liga Italia
- Pramono Ajak Anies Nobar Persija di JIS: Sekarang Tuan Rumahnya Saya, Bukan yang Bikin Nggak Nyaman
- Penyerang Rp1,30 Miliar Urus Naturalisasi, Lini Serang Timnas Indonesia Makin Ganas
- 9 Mobil Bekas Merek Xenia Harga di Bawah Rp60 Juta, Cocok Jadi Kendaraan Keluarga
- Tecno Pova Curve 5G Lolos Sertifikasi di Indonesia: HP Murah dengan Layar Elegan
Pilihan
-
Hampir 20 Ton Emas Warga RI Kini Tersimpan di Bank Emas
-
Djaka Budhi Utama Buru Pembuat Rokok Ilegal
-
Sri Mulyani Tepok Jidat Lihat Situasi Ketidakpastian Ekonomi Global Saat Ini
-
Rekomendasi 7 Motor Bebek Bekas Rp3 Jutaan, Terkenal Handal di Segala Medan
-
3 Sosok Perempuan di Karier Jay Idzes Pemain Berbandrol Rp130 M
Terkini
-
Geger! Mantan Sekda Sulsel Tagih Gaji 8 Miliar, Pemprov: Dasar Hukumnya Mana?
-
Apa Itu Terapi Oksigen dan Manfaatnya Bagi Tubuh?
-
Presiden Prabowo: 4 Pulau Milik Aceh!
-
Rupiah Terancam Rp16.600 Akibat Konflik Iran-Israel: Investor Panik Cari Aset Aman
-
19 Kantor Bank di Sulawesi Selatan Tutup, Apa yang Terjadi?