Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 11 Juni 2021 | 19:32 WIB
Ilustrasi kelaparan di Afrika. [Shutterstock]

SuaraSulsel.id - Lebih dari 350.000 orang di Tigray Ethiopia menderita kelaparan, sementara jutaan lainnya berisiko mengalami masalah yang sama.

Hal ini diungkapkan oleh badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan yang menyalahkan konflik atas bencana krisis pangan terburuk dalam satu dekade.

“Sekarang ada kelaparan di Tigray,” kata kepala bantuan PBB Mark Lowcock pada hari Kamis 10 Juni 2021, setelah rilis analisis Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), yang menurut IPC belum didukung oleh pemerintah Ethiopia.

"Jumlah orang dalam kondisi kelaparan. Lebih tinggi daripada di mana pun di dunia, setiap saat sejak seperempat juta orang Somalia kehilangan nyawa pada 2011," kata Lowcock.

Baca Juga: Ngeri! Penculikan Anak Jadi Taktik Perang Negara di Afrika Ini

Sebagian besar dari 5,5 juta orang di Tigray membutuhkan bantuan makanan. Pertempuran pecah di wilayah itu pada November antara pasukan pemerintah dan mantan partai yang berkuasa di wilayah itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Pasukan dari negara tetangga Eritrea juga memasuki konflik untuk mendukung pemerintah Ethiopia.

Kekerasan telah menewaskan ribuan warga sipil dan memaksa lebih dari dua juta orang meninggalkan rumah mereka di wilayah pegunungan.

Peringatan paling ekstrem oleh IPC - skala yang digunakan oleh badan-badan PBB, badan regional dan kelompok bantuan untuk menentukan kerawanan pangan - adalah fase 5, yang dimulai dengan peringatan bencana dan meningkat menjadi deklarasi kelaparan di suatu wilayah.

IPC mengatakan lebih dari 350.000 orang di Tigray berada dalam bencana fase 5. Itu berarti rumah tangga mengalami kondisi kelaparan, tetapi kurang dari 20 persen populasi terpengaruh dan kematian serta kekurangan gizi belum mencapai ambang kelaparan.

Baca Juga: Akhir 2021, WHO Harap Afrika Mulai Produksi Vaksin COVID-19 Sendiri

"Krisis parah ini diakibatkan oleh efek konflik yang berjenjang, termasuk perpindahan penduduk, pembatasan pergerakan, akses kemanusiaan yang terbatas, hilangnya panen dan aset mata pencaharian, dan pasar yang tidak berfungsi atau tidak ada," analisis IPC menemukan.

Pemerintah Ethiopia membantah analisis IPC, mengatakan kekurangan pangan tidak parah dan bantuan sedang dikirimkan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ethiopia Dina Mufti mengatakan pada konferensi pers pada Kamis bahwa pemerintah memberikan bantuan makanan dan bantuan kepada petani di Tigray.

"Mereka (diplomat) membandingkannya dengan kelaparan 1984, 1985 di Ethiopia," katanya. "Itu tidak akan terjadi."

Amerika Serikat dan Uni Eropa, dalam sebuah pernyataan bersama, menyerukan gencatan senjata segera, penarikan pasukan Eritrea, dan akses kemanusiaan ke Tigray.

Ia memperingatkan bahwa krisis mengancam akan mengacaukan wilayah Tanduk Afrika yang lebih luas. (Antara)

Load More