Direktur Deradikalisasi BNPT Prof Irfan Idris mengatakan meski kuantitas aksi teroris di Indonesia menurun tapi kualitasnya naik.
"Melibatkan perempuan dan anak. Tingkat bahayanya," ungkap Irfan Idris.
Teroris menganggap semua kelompok di luar mereka kafir. Bahkan orang tua mereka sekalipun dicap kafir jika tidak mendukung aksi mereka.
Menurut Idris akar masalah teroris adalah selalu membungkus sesuatu dengan bahasa tafsiran keagamaan. Bukan bahasa agama.
Baca Juga: Hadiri Deklarasi Bersama Jogja Istimewa, Sultan Minta Jaga Kondusivitas DIY
Oleh kelomok teroris global kemudian memanfaatkan media sosial. Untuk berselancar mencari generasi muda. Apapun profesinya. TNI, polisi, atau ASN.
"Ini tanda ideologi teroris tidak memiliki merek," katanya.
Idris mengatakan, yang lebih berbahaya adalah ketika teroris mampu merekrut anggota polisi atau TNI. Karena sudah memiliki ilmu merakit senjata.
"Ini yang dicari (teroris)," ungkapnya.
Baca Juga: Ada 6 Lokasi di Jateng yang Diduga Menjadi Basis Kelompok Teroris
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
Terkini
-
Kejati Sulsel Selidiki Dugaan Korupsi Program Revitalisasi Kampus UNM Rp87 Miliar
-
Lukisan Purba di Goa Leang-leang Maros Masuk Buku Sejarah Indonesia
-
Polisi Tahan 2 Dosen Perguruan Tinggi Negeri di Makassar, Dugaan Pelecehan Seksual
-
BRI: Sektor UMKM Mencakup lebih dari 97% dari 65 Juta Pelaku Usaha, Berkontribusi 61% pada PDB
-
UMKM Kuliner Naik Kelas, Binaan BRI Sukses Ekspor Berkat Strategi Pasar Tepat