Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 07 April 2021 | 05:45 WIB
Mantan teroris Sofyan Tsauri (baju putih) dan Prof Irfan Idris Direktur Deradikalisasi BNPT di Podcast Deddy Corbuzier / [Youtube Deddy Corbuzier]

SuaraSulsel.id - Sofyan Tsauri berubah menjadi teroris. Setelah 13 tahun menjadi polisi. Bagaimana caranya polisi bisa menjadi teroris?

Sofyan Tsauri mengungkapkan alasannya di podcast Deddy Corbuzier, tayang Selasa 6 April 2021.

Mantan napiter ini mengatakan, pertama yang membuat orang menjadi teroris adalah ideologi dan paham teroris yang sangat masif.

"Brain washing. Bisa menyasar siapa saja. Siapa pun bisa terpapar. Tidak memandang status sosial dan usia. Demikian dahsyatnya," ungkap Sofyan Tsauri.

Baca Juga: Polisi Palsu Penipu Terancam Penjara, Hakim: Kalau Bebas Ngaku Tentara Yah

Sofyan Tsauri mencatat mencatat, beberapa hasil temuan 3 persen Anggota TNI mulai terapapar paham intoleran dan radikalisme. BIN mecatat di institusi kepolisian 2 persen terpapat. Sementara satu dari 10 ASN juga terpapar paham intoleran.

"Mahasiswa lebih banyak lagi," kata Sofyan

Sofyan mengatakan pemikiran teroris ini memang mengancam. Meski pun masih radikal intoleran belum sampai teroris.

"Tapi intoleran adalah tangga menuju teroris. Menjadi bibit dan lama-lama jadi teroris," katanya.

Semua pelaku terorisem, kata Sofyan, berawal dari intoleran dan radikalisme. Makanya perlu ditumbuhkan sikap toleransi di tengah masyarakat.

Baca Juga: Jurnalis TEMPO 'Disikat' Polisi saat Liput Kasus Pajak, LPSK Pasang Badan

"Toleransi dalam hal agama dan apa saja," katanya.

Sofyan mengatakan mahasiswa exacta lebih rentan terpapat paham radikal. Karena melihat sesuatu secara hitam putih.

Sementara mahasiswa jurusan sosial imunitasnya lebih kuat saat menerima paham radikalisme. Karena melihat persoalan lebih utuh.

Begitupula dengan polisi selalu melihat sesuatu dengan aspek yuridis. Aspek hitam putih. Kalau menipu kena pasal penipuan. Tidak melihat latar belakang sosial.

"Walau pun pelakunya nenek-nenek. Ini penyebab polisi dan TNI rentan," ungkapnya.

Sofyan menyebut sejumlah kasus terorisme yang menyasar Anggota TNI dan Polri. Ada anggota Kopassus yang terpapar, ada mantan TNI yang ditembak mati Densus 88, dan Polwan Anggota Reskrim siap mati jadi pengantin.

"Ini mengkhawatirkan dan masif. Menyasar siapa saja," katanya.

Akibat perbuatannya, Sofyan Tsauri mengaku sudah dihukum 10 tahun penjara. Kemudian berhasil kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prof Irfan Idris Direktur Deradikalisasi BNPT mengatakan, orang bertanya kenapa ada teroris. Karena teroris itu radikal.
Semua teroris pasti radikal. Tapi radikal belum tentu teroris. Penyebabnya banyak. Ada masalah ekonomi, pengetahuan, keadilan, dendam, dan seterusnya.

"Untuk mengurai ini harus bersama melangkah merumuskan strategi," kata Irfan.

Menurut Irfan Idris akar masalah teroris adalah selalu membungkus sesuatu dengan bahasa tafsiran keagamaan. Bukan bahasa agama.

Oleh kelomok teroris global kemudian memanfaatkan media sosial. Untuk berselancar mencari generasi muda. Apapun profesinya. TNI, polisi, atau ASN.

"Ini tanda ideologi teroris tidak memiliki merek," katanya.

Irfan Idris mengatakan, yang lebih berbahaya adalah ketika teroris mampu merekrut anggota polisi atau TNI. Karena sudah memiliki ilmu merakit senjata.

"Ini yang dicari (teroris)," ungkapnya.

Teroris juga senang merekrut anak muda. Memilih jalan pintas. Karena militan dan cepat menguasai teknologi.

"Selalu memahami syriah sebagai nilai. Bukan hukum. Pemahaman ini tidak komprehensif," katanya.

Load More