SuaraSulsel.id - Aparatur sipil negara atau ASN di lima daerah di Sulawesi Selatan disebut rawan korupsi. Alasannya, karena tak punya kode etik dan kode perilaku ASN.
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) mencatat lima daerah di Sulsel yang rawan tindak pidana korupsi adalah Kabupaten Jeneponto, Luwu Utara, Pinrang, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Toraja Utara.
Ketua KASN Agus Pramusinto mengatakan tidak adanya peraturan kode etik, mengakibatkan banyaknya pelanggaran etika. Paling rawan adalah kasus pidana korupsi.
"Saat ini banyak terjadi kasus korupsi yang menyeret kepala daerah, yang di dalamnya juga menyeret oknum ASN sebagai pelaksananya. Karena itu tadi, tidak punya acuan kode etik pegawai," ucap Agus pada sosialisasi virtual peningkatan kepatuhan instansi pemerintah dalam penerapan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, Kamis, 24 Maret 2021.
Di Indonesia sendiri, kata Agus, terdapat 404 instansi atau 56 persen yang telah memiliki peraturan tentang kode etik dan kode perilaku ASN.
Sedangkan sebanyak 313 Instansi atau sebesar 44 persen lainnya belum memiliki peraturan dimaksud.
"Jumlah tersebut tentunya masih belum ideal. Seharusnya seluruh instansi pemerintah memiliki peraturan terkait kode etik dan kode perilaku," ungkapnya.
Asisten Pengawasan Wilayah l KASN Nurhasni menambahkan masih banyaknya ASN yang terlibat korupsi bersama kepala daerah disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu alasan lazim karena mereka dilematis, sulit menolak permintaan kepala daerah.
Jika ditolak, tentu karir terhambat. Tidak ditolak konsekuensinya adalah berhadapan dengan hukum.
Baca Juga: Suap Ditjen Pajak, KPK Geledah Kantor PT. GMP di Lampung
Setidaknya, kata Nurhasni ada empat jenis pelanggaran yang dapat membuat PNS dipecat secara tak hormat. Yakni jika mereka melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara jo Pasal 250 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Pada pasal 87 ayat (4) UU tersebut, setiap PNS yang melakukan kejahatan dalam Jabatan dan atau kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan yakni kejahatan luar biasa seperti tindak pidana korupsi, terorisme, dan penggunaan narkotika, maka dapat diberhentikan secara tak hormat.
Kemudian, untuk undang-undang yang sama juga melarang PNS melakukan tindakan yang mengkhianati Negara, Pemerintah, Pancasila dan UUD 1945
untuk butir 1 dan 2.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS melarang PNS melakukan kesalahan berat seperti menyalahgunakan wewenangnya.
Dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang melarang PNS menjadi anggota apalagi pengurus sebuah partai politik.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Ayah Brandon Scheunemann: Saya Rela Dipenjara asal Indonesia ke Piala Dunia
- Di Luar Prediksi! 2 Pemain Timnas Indonesia Susul Jay Idzes di Liga Italia
- Berbalik 180 Derajat, Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Cabut Pernyataan Soal Ijazah Jokowi
- 5 Rekomendasi HP Vivo RAM 8 GB Harga di Bawah Rp 2 Jutaan, Baterai Jumbo 6000 mAh!
- Harga Rp90 Jutaan! Cocok untuk yang Bosan sama Brio: Mobil Bekas dari Volkswagen Ini Bisa Jadi Opsi
Pilihan
-
Saham COIN Andrew Hidayat Meroket 337 Persen dalam Sekejap, Bikin Heboh Pasar!
-
2 Pemain Keturunan Resmi Sepakat Gabung Timnas Indonesia
-
Bakal Dampingi Prabowo Hadiri Kongres PSI di Solo, Gibran: Sekarang Kerja Dulu
-
RI Cari Celah! CPO, Kopi, Hingga Nikel Bisa Dapat Tarif 0 Persen di AS
-
Kinerja Bisnis Meroket di Triwulan II 2025, BI Ungkap Sektor Ini Jadi Motor Penggerak!
Terkini
-
Orang Tua Siswa di Makassar Keluhkan 'Jalur Belakang' Masuk SMP Negeri, Disdik Ungkap Fakta
-
Luncurkan BRILian Way, BRI Masuki Fase Baru dalam Perjalanan Transformasi
-
BRI Berangkatkan 18 Pemain LKG BRI ke Piala Dunia Remaja di Swedia
-
Dari Palembang ke Makassar: Jejak Penipu Casis Bintara Polri Rp200 Juta
-
Telolet Kemarahan: Kenapa Klakson Jadi Bahasa Wajib Pengendara Saat Marah di Jalan?