Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 19 Januari 2021 | 15:42 WIB
Petugas medis memeriksa tensi darah seorang tenaga kesehatan sebelum melakukan vaksinasi COVID-19 Sinovac di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta, (14/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraSulsel.id - Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sulsel Abdul Rakhmat mengakui ada perawat yang menolak untuk divaksinasi.

Namun, penolakan dilakukan secara personal, tidak melibatkan organisasi PPNI.

PPNI justru sangat mendukung program pemerintah tersebut. Vaksinasi sejauh ini dipercaya jadi satu-satunya solusi untuk menekan penyebaran Covid-19 di dunia.

"Tentu secara personal mungkin ada ya. Pasti adalah yang menolak. Tetapi itu tidak mewakili PPNI," kata Abdul, Selasa (19/1/2021).

Baca Juga: Pasien COVID-19 Gay Mesum di Wisma Atlet Jadi Tersangka, Pasangannya Belum

Ia mengaku sejauh ini belum ada perawat yang menyatakan sikap menolak untuk divaksinasi. Namun, ia yakin ada dari mereka yang enggan.

"Saat ini belum ada yang secara resmi memberikan pernyataan kepada kami, kalau ada yang menolak. Sejauh ini belum. Tapi secara personal pasti ada," tambahnya.

Kata Abdul, perlu ada sosialisasi lebih masif lagi. Efek samping dari vaksin ini hanya efek lokal, tidak seganas itu. Apalagi pemerintah sudah memastikan soal keamanannya.

Pada pencanangan vaksinasi pekan lalu pun, ia sendiri terpilih menjadi penerima vaksin pertama di Sulsel.

Menurutnya, ini menandakan bahwa PPNI di 24 kabupaten/kota di Sulsel sangat mendukung program vaksinasi tersebut.

Baca Juga: Pasien Covid yang ML sama Perawat Gay RSD Wisma Atlet Ditetapkan Tersangka

"insya Allah, secara garis besar mendukung, walau saya tidak bisa pastikan 100 persen mau. Tapi insyah Allah, sebagian besar perawat terlibat, baik sebagai vaksinator atau pun yang divaksinasi," tambahnya.

Sebelumnya diberitakan ada ratusan tenaga kesehatan di Sulawesi Selatan yang menolak divaksinasi Covid-19. Hal tersebut diketahui dari data yang disebar Dinas Kesehatan Sulsel.

Pada data tersebut tertera 483 nakes yang menolak divaksinasi. Sementara baru 216 nakes yang dinyatakan sudah disuntik vaksin. Vaksinasi sendiri sementara dilakukan di tiga kabupaten/kota yakni Makassar, Maros dan Gowa.

Penolakan paling banyak di Makassar yakni 370 orang, lalu di Maros 60 orang dan di Gowa 53 orang. Padahal dari sasaran, ada 38.234 nakes yang wajib vaksin.

Dinkes juga mencatat baru 15.151 nakes yang bersedia divaksin dan melakukan registrasi ulang sejauh ini. Jumlah nakes yang mau divaksin di kota Makassar yakni 12.208, Gowa 1.736 dan Maros 1.207. Namun, ada beberapa yang disebut tidak memenuhi syarat.

Mereka tercatat sebagai penyintas, ada juga yang kontak langsung dengan pasien Covid. 27 orang tercatat akan divaksin ulang, dan 20 orang disebut bukan sasaran.

Namun, hal tersebut dibantah oleh Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ichsan Mustari. Ia mengaku tak ada nakes di Sulsel yang menolak divaksin. Itu hanya bahasa aplikasi saja.

"Kami sudah protes ke Kementerian Kesehatan agar mengubah kolom itu karena terkesan lain. Itu hanya bahasa aplikasi," kata Ichsan.

Ia mengaku, kolom yang menolak itu diartikan sebagai mereka yang tidak bisa untuk divaksin. Ada syarat yang tidak bisa dipenuhi. Seperti, penyintas, kontak dengan keluarga yang positif dan punya penyakit comorbid.

"Jadi yang masuk kelompok menolak itu karena tidak memenuhi kriteria untuk divaksin saat dilakukan skrining. Sebenarnya lebih cocok disebut tertolak, bukan menolak," tukasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More