Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 07 Desember 2020 | 16:22 WIB
Ilustrasi kawanan gajah di alam liar. [Paweldotio/Unsplash]

SuaraSulsel.id - Botswana, menjadi rumah bagi hampir separuh populasi gajah liar Afrika. Sayangnya, warga dan pemerintah Botswana mulai mengeluh.

Karena populasi gajah yang begitu banyak telah membuat konflik dengan manusia. Khususnya dengan petani.

Botswana pun bersiap merepatriasi ribuan mamalia besar itu ke negara tetangganya, Angola. Untuk mengurangi jumlah gajah di negara itu dan konflik dengan para petani.

Dalam perang saudara Angola yang berlangsung puluhan tahun, puluhan ribu gajah kabur ke Botswana.

Baca Juga: Ini Lokasi TPS Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Makassar

Botswana merupakan rumah bagi lebih dari 130 ribu gajah, populasi hewan liar terbesar di dunia.

Namun demikian, puluhan ribu di antaranya, sebenarnya adalah gajah pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara selama puluhan tahun di Angola, yang berakhir pada 2002.

Para pelestari lingkungan mengatakan, populasi gajah Botswana telah tumbuh terlalu besar. Hal itu berujung pada konflik dengan petani serta kurangnya pasokan makanan dan air.

Mike Chase dari organisasi Elephants Without Borders atau Gajah Tanpa Tapal Batas mengatakan, salah satu cara untuk melancarkan ketersendatan ini, yaitu menciptakan koridor aman bagi para gajah untuk melintas.

"Mengisi dan mendiami kembali Angola tenggara, di mana hanya terdapat sedikit gajah,” katanya kepada VOA.

Baca Juga: Petugas KPPS di Makassar Memilih Mundur Daripada Harus Tes Swab

Untuk memungkinkan proses tersebut, pemerintah Angola telah setuju untuk membersihkan ranjau darat yang tersisa dari masa perang dan, bersama Botswana, mencopot pagar yang sebelumnya menghalangi migrasi gajah.

Pelestari lingkungan Erik Verreyne mengatakan, masih menerima laporan insiden perburuan gading gajah di Angola.

"Kami juga tahu bahwa ranjau darat masih menjadi masalah meski mereka berupaya untuk membersihkannya. Entahlah, yang pasti penting bagi kita untuk membuka koridor itu,” katanya.

Botswana merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Trans-perbatasan Kavango-Zambezi (KAZA), kelompok kerja sama lima negara untuk melestarikan sumber daya alam bersama.

Direktur Eksekutif KAZA, Nyambe Nyambe, mengatakan bahwa tujuan kerja sama itu adalah terciptanya pergerakan bebas satwa liar di kawasan tersebut.

“Keberlangsungan hidup gajah dalam jangka panjang bergantung pada upaya untuk memastikan bahwa kita mengamankan dan menghubungkan kembali koridor satwa liar pada skala trans-perbatasan. Terkait apa yang dilakukan negara-negara mitra untuk mendukung, khususnya Angola, seluruh kawasan persebaran satwa liar berkontribusi dalam proses tersebut,” katanya.

Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi mengaku, sangat bersedia membantu negara-negara tetangga dengan membuka perbatasan bagi proses migrasi gajah dan pengaturan yang lebih baik untuk populasi mereka. (VOA)

Load More