Pada tahun 1950, ia kemudian menjadi ajudan Kolonel Alexander Evert Kawilarang, Panglima KO-TT VII/Wirabuana yang mencakup seluruh Indonesia Timur.
Dalam posisi ini, Jusuf berpartisipasi dalam memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).
Pada Oktober 1959, Jusuf dipindahkan ke Kodam XIV/Hasanuddin menjadi Komandan. Sebagai Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Jusuf bertanggung jawab atas keamanan Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Pada tanggal 27 Agustus 1964, Jusuf diangkat sebagai Menteri Perindustrian. Meskipun ini adalah pos sipil, itu tidak mengherankan bahwa Jusuf diangkat ke posisi ini, karena Soekarno memiliki anggota lain dari ABRI dalam kabinetnya untuk alasan lain. Selain pertahanan dan keamanan.
Sementara, Andi Makkasau Parenrengi adalah raja dari Kerajaan Suppa yang juga penguasa lokal yang pertama kali menyatakan kesetiaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada 12 September 1945, bendera merah putih dikibarkan di Lapangan Labukkang, Suppa. Andi Makkasau Parenrengi juga ikut membuat deklarasi Jongayya pada 15 Oktober 1945, yang menyatakan mendukung Indonesia merdeka. Kerajaan Suppa berwilayah di Kota Parepare.
Di daerah kekuasaannya, Andi Makkasau pernah membentuk Badan Organisasi Penunjang Kemerdekaan Indonesia dan cabang Partai Syarikat Islam Indonesia dan Partai Nasional Indonesia.
Ia pernah mengundang tokoh nasional seperti Buya Hamka, AM Sangaji, H. Agus Salim, dan H.O.S Cokroaminoto ke Suppa, untuk memberikan pendidikan politik kepada rakyatnya.
Ketika pasukan Sekutu dan NICA datang, Andi Makkasau mengadakan Konferensi Parepare, 1 Desember 1945.
Ia menyatakan mendukung Sam Ratulangi sebagai Gubernur Republik Indonesia untuk Sulawesi dan menolak kembalinya Belanda di Indonesia.
Baca Juga: Bernilai Rp1,9 Triliun, Waskita Garap Gedung Ikonik Pinisi di Makassar
Itu pula yang ikut mendorong komandan pasukan Belanda di Netherlands memerintahkan Kapten Raymond Paul Pierre Westerling untuk melakukan pembantaian di Sulawesi Selatan.
Serbuan Westerling ke Suppa dihadang dengan gigih oleh pasukan Andi Makkasau.
Namun, senjata yang terbatas dan personel yang kurang membuat laskar Andi Makkasau tidak bisa bertahan lama.
Andi Makkasau tertangkap. Tapi, sekeluarnya dari penjara, ia kembali melawan. Westerling kembali dihadapinya dan lagi-lagi Andi Makkasau tertangkap, lalu ditahan dan dipenjara di Sawitto Pinrang.
Ia disiksa habis-habisan, dan akan dieksekusi. Tapi kematian tak juga mendatanginya. Dalam kondisi hidup, sosok yang terikat dan diberi pemberat dilemparkan ke laut. Ombak laut Mar’bombang menjadi saksi nyata kekerasan hati Andi Makkasau dalam berjuang melawan penjajah Belanda.
Di satu sisi, Kementerian Sosial (Kemensos) telah menetapkan sejumlah nama tokoh yang akan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Ketua PKK Sulsel Beri Hadiah Rp300 Juta di Jambore PKK 2025
-
Berapa Bulan Gaji Pemain PSM Makassar Belum Dibayar? Ini Pengakuan Manajemen
-
3 Tersangka Perumda Palu Dijebloskan ke Penjara!
-
Penampakan Ulat di Sayur Brokoli MBG Siswa SD Makassar
-
Detik-Detik Bocah 3 Tahun Terjatuh ke Laut di Pantai Losari