Nama Pajonga mulai dikenal saat mengajak puluhan raja di Sulawesi mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia juga menolak mengakui Negara Indonesia Timur yang dibentuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hubertus Johannes van Mook.
Bersama Wolter Monginsidi, Pajonga memimpin raja-raja Sulawesi saat itu melawan tentara Belanda dengan membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan Pajonga tak berhenti karena Belanda kembali berusaha menjajah Indonesia. Ruang gerak Pajonga di Makassar dipersempit sehingga dia pindah ke Takalar.
Tentara Belanda menangkapnya pada 1946, namun dibebaskan setelah kemerdekaan Indonesia diakui lewat Konferensi Meja Bundar.
Baca Juga: Bikin Ucapan Hari Pahlawan? Jangan Lupa Download Logo Hari Pahlawan 2020
9. Pong Tiku
Berkat jasa dan perjuangannya mengusir penjajah Belanda, Pong Tiku mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2002. Pong Tiku adalah salah satu Bangsawan Toraja yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Pong Tiku dikenal sebagai musuh Belanda yang menyusahkan karena strategi-strategi perangnya yang cerdik. Pada Juli 1905, raja Gowa mengumpulkan prajurit untuk membantu melawan Gowa.
Pada 30 Juni 1907, Pong Tiku ditangkap belanda dan dibawa ke penjara di Rantepao. Belanda mengakhiri hidup Pong Tiku dengan menembaknya di tepi sungai Sa'dan pada 10 Juli 1907. Sosok Pong Tiku kini menjadi simbol perjuangan Toraja oleh para penerusnya.
10. Ranggong Daeng Romo
Baca Juga: Download Logo Hari Pahlawan 2020 di Sini, Cocok untuk Gambar Ucapan Selamat
Ranggong adalah keturunan keluarga bangsawan kaya yang dermawan di Polombangkeng, Kabupaten Takalar yang mempunyai tradisi kepahlawanan dalam membela dan mempertahankan kehormatan bangsa dan tanah air.
Ranggong selama karirnya memimpin kelaskaran perjuangan dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia, telah memimpin pertempuran atau memerintahkan penyerangan kurang lebih lima puluh kali. Dari enam puluh kali bentrokan bersenjata antara pasukan kelaskaran dengan KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Tanggal 21 Februari 1946, Ranggong Daeng Romo memimpin langsung pertempuran dengan kekuatan kurang lebih 100 orang anggota pasukan. Menyerang kubu pertahanan musuh (Belanda) di daerah Takalar.
Kemudian, pada tanggal 28 Februari 1947 merupakan pertempuran terakhir yang dipimpin langsung oleh Ranggong Daeng Romo di bukit Lengkese, dimana ia sendiri gugur sebagai ksatria dalam pertempuran tersebut.
11. Andi Sultan Daeng Radja
Daeng Radja merupakan pendiri Masjid Tua di Ponre yang pada jamannya terbesar di Sulawesi Selatan. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana berdasarkan SK Presiden RI No. 085/TK/Tahun 2006, tanggal 3 November 2006.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
- Moto G100 Pro Resmi Debut, HP Murah Motorola Ini Bawa Fitur Tangguh dan Baterai Jumbo
- 5 HP Harga Rp1 Jutaan RAM 8/256 GB Terbaik 2025: Spek Gahar, Ramah di Kantong
- 45 Kode Redeem FF Max Terbaru 4 Juli: Klaim Gloo Wall, Bundle Apik, dan Diamond
Pilihan
-
Daftar 6 Sepatu Diadora Murah untuk Pria: Buat Lari Oke, Hang Out Juga Cocok
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Baterai Jumbo Terbaik Juli 2025, Lebih dari 5.000 mAh
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Juli 2025, Multitasking Pasti Lancar!
-
Sekali klik! Link Live Streaming Piala Presiden 2025 Persib vs Port FC
-
7 Rekomendasi Tumbler Kekinian, Kuat Antikarat Dilengkapi Fitur Canggih
Terkini
-
Misteri Ibu Bunuh Bayi di Makassar, Psikolog Turun Tangan
-
BRIvolution: Strategi Adaptif BRI Hadapi Dinamika Keuangan Global
-
'Tukang Bubur Naik Haji' Berat Tinggalkan Tanah Suci
-
Dari Bogor ke Pasar Global, Begini Perjalanan Sila Artisan Tea Angkat Citra Teh Indonesia
-
Mesin ATM Dibobol Satpam, Ini Penjelasan Bank Sulselbar