Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 19 Oktober 2020 | 15:35 WIB
Gus Nur dan Refly Harun. (YouTube/Refly Harun)

SuaraSulsel.id - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor meradang. Atas pernyataan Ustaz Sugi Nur atau Gus Nur di acara bincang-bincang bersama Refly Harun.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, mengancam melaporkan Ustaz Sugi Nur Raharja atau Gus Nur dan Refly Harun atas pernyataannya terkait Nahdlatul Ulama (NU) di akun YouTube Refly.

Anggota DPR Fraksi PKB yang akrab disapa Gus Yaqut itu memandang pernyataan Gus Nur terkait NU merupakan hal ngawur dan fitnah.

"Saya tidak akan komentar soal pernyataannya. Saya hanya akan pastikan, Sugi akan menerima akibat hukum setimpal atas pernyataan ngawur dan fitnahnya. Refly Harun juga akan kita proses bersamaan melalui LBH GP Ansor," kata Gus Yaqut dihubungi Suara.com, Senin (19/10/2020).

Baca Juga: Profil Sugi Nur Raharja alias Gus Nur, Pendakwah Nyentrik Kontroversial

Yaqut mengatakan pelaporan akan dilakuakan dalam waktu dekat. Namun, ia belum menjelaskan detail ke mana pelaporan itu dilakukan, apakah Bareskrim Mabes Polri atau Polda Metro Jaya.

"Satu dua hari ini (melapor)," ujar Yaqut.

Diketahui, Ustaz Sugi Nur Raharja atau yang akrab disapa Gus Nur, melontarkan komentar pedas terkait organisasi yang membesarkannya, Nahdlatul Ulama (NU).

Ia mengibaratkan NU adalah bus yang memiliki ketidakberesan pada sopir, kernet, dan penumpangnya.

Dikutip Suara.com dari tayangan YouTube Refly Harun, Senin (19/20/2020), Gus Nur menyebut bahwa NU telah mengalami perubahan 180 derajat pada era rezim Jokowi.

Baca Juga: Gus Nur Sebut NU Disopiri Pemabuk, Kiai Dangdutan, dan Berpenumpang PKI

"Setelah rezim ini lahir, tiba-tiba 180 derajat berubah. Saya ibarat NU sekarang seperti bus umum sopirnya mabuk, kondekturnya teler, kernetnya juga begitu, dan penumpangnya kurang ajar semua. Perokok juga, nyanyi juga, buka aurat juga, dangdutan juga. Jadi kesucian NU yang selama ini saya kenal itu enggak ada sekarang ini," kata Gus Nur.

Ia pun menyebut sejumlah nama politikus dan mengaitkannya dengan perumpamaan 'bus NU' tadi.

"Bisa jadi kernetnya Abu Janda, bisa jadi kondekturnya Gus Yaqut, dan sopirnya Kiai Aqil Siraj. Mungkin begitu. Nah, penumpangnya liberal, sekuler, PKI, macam-macam," sebut Gus Nur.

Oleh karena perbedaan situasi dalam NU yang ia kenal tersebut, Gus Nur mengaku dirinya kemudian turun dari 'bus'.

"Selama ini saya enggak ada setahu saya ngerokok, minum, campur. Nah pusing lah saya, turun lah," lanjut dia.

Selain menyoroti masalah internal dalam tubuh NU, Gus Nur juga menyentil sejumlah tokoh dan kiai NU yang keluar masuk Istana.

"Tiba-tiba saya juga berontak. Ada kiai yang saya hormati keluar masuk Istana, keluar masuk ranah kekuasaan, udah main duit, money politics. Lah ini kan berontak," ujar Gus Nur.

Ia juga menyentil Wakil Presiden Maruf Amien yang semula ia hormati dan ciumi tangannya sebagai seorang kiai.

"Di mata saya Kiai Haji Maruf Amien itu ulama, dulu ya. Saya cium tangannya Bang, NU itu orangnya salah benar ikut Pak Kiai, ya," katanya.

"Sekarang ini, seorang kiai sudah sepuh tiba-tiba diajak tepuk tangan di panggung dangdut, tiba tiba BPJS halal jadi haram, generasi muda dikenalkan ke K-pop, dan banyak hal yang membuat saya marah," lanjutnya.

Ia lantas memperingatkan para umat nahdliyin yang seharusnya bereaksi kala mengetahui seorang kiai diperlakukan demikian.

"Sebagai NU tulen dan sejati, Anda harusnya marah kiai mu diperlakukan seperti itu. Ini kiai kok dibikin seperti ini, kayak dicuci otaknya, seperti kosong," kata Gus Nur.

Ia juga mengaku marah kepada rezim saat ini yang telah melecehkan para kiai NU di panggung politik.

"Saya marah ada kesucian kiai NU ini dilecehkan oleh rezim ini," tegas dia.

Lantaran begitu gencar mengkritik NU, Gus Nur mengaku kerap terperosok. Ia bahkan sempat dijatuhi vonis 1,5 tahun karena dituduh melecehkan NU.

"Makanya tiba-tiba saya seperti ini, dituduh memusuhi NU, menyerang NU, dilaporkan NU, disidang, ketok palu 1,5 tahun gara-gara NU. Banding ditolak, kasasi setahu saya masih proses, enggak tahu ditolak atau bagaimana," tukas Gus Nur.

Kendati demikian, ia mengaku bahwa di hatinya masih merupakan warga NU.

"Kalau dibelah dada saya enggak mungkin syiah, Muhammadiyah enggak mungkin, HTI enggak mungkin. Paling NU. Tapi NU sekarang ini saya benar-benar tidak hormat tidak respect sama sekali," ia memungkasi.

Load More