Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 30 September 2020 | 16:09 WIB
Monumen Ade Irma Suryani di Sangihe yang berdiri di rumah mantan pengasuhnya diresmikan bupati setempat. [Antara]

SuaraSulsel.id - Selain tujuh jenderal Angkatan Darat (AD) yang menjadi korban dalam Gerakan Satu Oktober (Gestok) atau yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S), ada satu nama anak Jenderal AH Nasution yang meninggal dalam peristiwa tersebut.

Ade Irma Suryani Nasution, merupakan putri bungsu Jenderal AH Nasution yang menjadi korban penembakan dalam peristiwa tersebut.

Untuk mengabadikannya sebagai salah satu korban G30S, didirikan Monumen Ade Irma Suryani di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Pembangunan monumen tersebut diprakarsai Alfian WP Walukow bersama keluarga Alpiah Makasebape, yang merupakan pengasuh Ade Irma Suryani Nasution. Monumen tersebut pun diresmikan oleh Bupati Sangihe Jabes Ezar Gaghana, Rabu (30/9/2020).

Baca Juga: Kesaksian Prajurit Pengangkat Jenazah G30S, Jenazah Ahmad Yani Paling Miris

Bupati Jabes Gaghana mengatakan, Monumen Ade Irma Suryani Nasution di halaman rumah Alpiah Makasebape, Kelurahan Dumuhung Tahuna Timur, menjadi penanda di Kabupaten Kepulauan Sangihe hingga kini masih ada saksi sejarah yang melakukan pendampingan kepada keluarga Jenderal AH Nasution saat pemberontakan PKI pada tahun 1965.

Pemerintah dan masyarakat Kepulauan Sangihe, kata Bupati Jabes, merasa bangga karena memiliki Ibu Alpiah Makasebape yang telah mengasuh Ade Irma Suryani serta mendampingi keluarga Jenderal AH Nasution.

Dandim 1301/Sangihe Letkol Inf Rachmat Christanto mengatakan, pendirian monumen ini merupakan wujud penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih atas jasa Alpiah Makasebape yang telah mengasuh almarhumah Ade Irma Suryani Nasution sekaligus menjadi saksi hidup peristiwa G30S.

"Monumen ini untuk mengingatkan kita semua, khususnya generasi muda dan masyarakat Sangihe, bahwa saksi hidup peristiwa G-30-S/PKI merupakan putri terbaik dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yang saat ini masih ada," kata Chtistanto seperti dilansir Antara.

Alpiah Makasebape merupakan pengasuh Ade Irma Suryani Nasution yang menyaksikan langsung kejadian 30 September 1965 di rumah keluarga Jenderal AH Nasution.

Baca Juga: Cegah Klaster Baru, Polisi Larang Nobar Film G30S/PKI

"Saya masih menyimpan beberapa dokumen serta barang pribadi milik Ade Irma Suryani Nasution sebagai kenang-kenangan saya," kata Alpiah Makasebape.

Barang yang masih disimpan oleh Alpiah Makasebape yang saat ini berusia 83 tahun tersebut, di antaranya foto keluarga Jenderal Nasution beserta foto dirinya saat menggendong Ade Irma Suryani Nasution yang saat itu baru berusia 3 bulan.

Di samping itu, pakaian serta barang milik Ade Irma Nasution juga handuk dan sandal Jenderal Nasution saat dirawat di rumah sakit.

"Barang milik keluarga Jenderal AH Nasution ini menjadi kenang-kenangan bagi saya yang sudah mengabdi di keluarga Nasution-Gondokusumo sejak 1960 sampai dengan 1967," ungkapnya.

Menurutnya, keluarga Nasution-Gondokusumo sangat baik dalam memperlakukan dirinya sebagai perawat.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada keluarga Nasution-Gondokusumo yang memperlakukan saya dengan baik selama kurang lebih enam tahun," katanya. (Antara)

Load More