Dengan listrik tenaga surya ini, Muslimin mengatakan, warga dibebani iuran Rp20 ribu per bulan untuk biaya operasional dan pemeliharaan yang dilakukan oleh dua orang operator yakni Muh Ilham dan Yusman.
Jam operasional listrik juga lebih lama dibandingkan mesin diesel, yakni pukul 6 petang hingga 7 pagi, sehingga warga lebih leluasa beraktivitas pada malam hari.
"Ibu-ibu nelayan dapat membantu suaminya memperbaiki jaring hingga pukul 10 malam, dan anak-anak mereka bisa belajar dan kerja tugas malam hari, apalagi saat ini semuanya sekolah daring," katanya.
Ketersediaan tenaga listrik menumbuhkan rasa memiliki pada masyarakat di pulau itu. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh sang operator PLTS di Pulau Saugi, Muh Ilham.
Baca Juga: Zara "Dua Garis Biru" Trending, Netizen Bikin Reka Ulang Versi Kocak
Dengan upah sebesar Rp500 ribu per bulan bersama dengan rekannya Muh Yusman yang turut merawat PLTS itu, dia masih dapat mengoperasikan dan merawat PLTS di Pulau Saugi. Meski terbilang sedikit, ia merasa sudah bangga bisa membantu warga di tempatnya. Ia dengan ikhlas bekerja untuk membantu warga di pulau ini tetap dapat menikmati listrik dengan harga terjangkau.
Meski demikian, ia tidak menutup realita kebutuhan rumah tangganya bersama isteri dan seorang anak, membutuhkan biaya hidup lebih dari upah yang diterima sebagai operator.
Ilham lantas mencari pekerjaan sambilan untuk menutupi biaya hidup keluarganya. Kondisi serupa juga dilakukan Yusman yang disela tugasnya turun melaut mencari kepiting rajungan.
Perihal teksin perawatannya, ia mengaku hanya mendapatkan pelatihan sekitar dua minggu di Ciracas dari Kementerian ESDM saat terpilih sebagai operator 2018.
Berbekal pelatihan itdua minggu tersebut, lelaki lulusan pesantren ini dengan telaten merawat semua perangkat PLTS itu, tertutama panel surya yang kerap dijatuhi sampah dedaunan ataupun kotoran burung saat melintas.
Baca Juga: Gara-gara Lagu Mipan Zuzuzu Wanita Ini Dimarahi Ibunya, Kok Bisa?
Untuk ketahanan baterei, ia menuturkan, daya yang dikeluarkan harus diatur dengan baik, sehingga masih ada cadangan daya baik dalam kondisi normal maupun pada saat musim hujan.
Salah satu masalah yang kerap muncul, saat musim penghujan, pencahayaan matahari berkurang, terpaksa memadamkan listrik PLTS satu hingga dua hari. Apabila daya yang tersimpan tidak mencukupi untuk disalurkan ke masing-masing rumah tangga dengan daya 600 Wh.
Rahasia perawatan yang telaten inilah yang membedakan dengan PLTS lainnya di daerah lain yang biasanya hanya mampu bertahan setahun dinikmati warga.
Berita Terkait
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Toyota Alphard Ketar-ketir, MPV Mewah dari China Siap Menggoda Konsumen
-
Gandeng Mitsubishi, Nissan Akselerasi Pengembangan Mobil Nirsopir dan EV
-
Honda Rilis Konsep Motor Listrik Game Changer! Desainnya Unik
-
Lupa Bayar Listrik? Atur Jadwalnya di BRImo, Tak Khawatir Telat Bayar
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Selamat Ulang Tahun ke-101, Persis Solo!
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
Terkini
-
Ditangkap di Makassar! Remaja Penikam ODGJ di Pangkep Tak Berkutik
-
Dewan Pers Apresiasi Komitmen BRI Tingkatkan Kompetensi Jurnalis
-
Praktik Prostitusi Online di Pangkep Terbongkar
-
Ketum Dewan Korpri Prof Zudan Tinjau Lokasi Tiga Cabang Lomba MTQ Korpri VII
-
Terdakwa Penimbun Istri di Makassar Divonis Seumur Hidup