Tradisi Ela-Ela di Ternate Rawat Toleransi Antar Umat Beragama

Malam ela-ela pada 27 Ramadhan merupakan tradisi turun temurun dilestarikan sejak ratusan tahun

Muhammad Yunus
Minggu, 07 April 2024 | 12:09 WIB
Tradisi Ela-Ela di Ternate Rawat Toleransi Antar Umat Beragama
Rombongan Sultan Ternate, Hidayatullah Mudaffar Sjah di tandu dari Keraton Kesultanan Ternate menuju Sigi Lamo atau Masjid Kesultanan Ternate melaksanakan shalat Isya dan tarawih berjamaah yang disaksikan ratusan warga sebagai tradisi turun temurun [SuaraSulsel.id/ANTARA]

SuaraSulsel.id - Perangkat Kesultanan Ternate, Maluku Utara, menyatakan malam ela-ela pada 27 Ramadhan merupakan tradisi turun temurun dilestarikan sejak ratusan tahun dalam menjaga dan merawat toleransi antar-umat beragama di daerah ini.

"Memang, tradisi malam 27 Ramadhan di Kesultanan Ternate membawa pesan silaturahmi dan toleransi antar-umat beragama karena dalam tradisi ini juga diikuti saudara umat Kristiani dari masyarakat Tabanga sebagai salah satu tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun lalu," kata Fanyira Kedaton Kesultanan Ternate, Rizal Efendi di Ternate, Minggu 7 April 2024.

Saat itu, Sultan Ternate akan ke masjid Kesultanan Ternate bersama-sama barisan "Kabasarang Uci" dan mengikuti barisan bersama masyarakat Tabanga yang notabene beragama Kristen dan di belakang diikuti musik dan benda-benda purbakala dan pusaka dari Kesultanan Ternate juga dipamerkan dalam momentum ini.

Sebab, kata Rizal, tradisi ini merupakan kekayaan khasanah budaya yang terus dilestarikan, sehingga anak cucu bisa terus melaksanakan secara turun-temurun terutama dalam merawat semangat toleransi antar-umat beragama.

Baca Juga:Eratkan Hubungan dengan Pelanggan, IM3 Kembali Gelar Pasar Ramadan di Makassar

Tradisi ela-ela tradisi "Kabasarang Uci" dilakukan seiring dengan perayaan Malam Lailatul Qadar dan tradisi ini lazimnya digelar tepat pada malam 27 Ramadhan.

Pada tradisi ini Sultan Ternate Hidayatullah Mudaffar Sjah dan rombongan turun dari kesultanan untuk melaksanakan ibadah di Masjid Sigi Lamo sejak berdirinya kesultanan ini pada tahun 1257 M dan tradisi ini sudah digelar dan terjaga hingga saat ini.

Menurut dia, Sultan Ternate Hidayatullah Mudaffar Sjah atau sebutan Jou Kolano sebelum menjalankan ibadah shalat tarawih di masjid Kesultanan Ternate, membakar ela-ela didampingi Wali kota Ternate Muhammad Tauhid Soleman dan Forkompimda disaksikan ratusan warga ingin menyaksikan tradisi tahunan di malam 27 Ramadhan tersebut.

Setelah selesai membakar ela-ela, ada pasukan “doi-doi” bertugas untuk menandu Sultan Ternate dari Kedaton Kesultanan Ternate untuk diarak ke Masjid Kesultanan Ternate. Dalam arak-arakan Sultan Ternate juga akan diikuti Bobato Kesultanan Ternate dan personel Pambobvit Polda Malut mengikuti barusan dari Sultan Ternate ke masjid.

Menurut dia, Sultan Ternate ditandu ke masjid, didatangi perangkat Imam dari Kesultanan Ternate kemudian bersama-sama Sultan Ternate menuju ke Masjid Kesultanan Ternate.

Baca Juga:Jumlah Utang Masyarakat Selama Ramadan Meningkat, Kok Bisa?!

Dalam kesempatan itu, Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah bersama rombongan juga melaksanakan salat tarawih di Sigi Lamo, kemudian kembali ke Kedaton Kesultanan Ternate, kemudian perayaan ini juga diisi dengan ceramah agama

Di samping itu, tradisi itu juga digelar dengan tujuan untuk memohon hidayah dan keberkahan di bulan Ramadhan dan perayaan ini disambut meriah oleh warga Ternate mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa antusias hadir.

Sementara itu, Pemkot Ternate mendukung dan melestarikan tradisi ela-ela yang biasanya disemarakkan masyarakat dan Kesultanan Ternate pada setiap malam ke-27 Ramadhan 1445 Hijriah.

Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman mengakui, perayaan yang digelar setiap tahun itu kembali mengundang warga yang berduyun-duyun hadir dan menyaksikan pembakaran obor ela-ela yang menjadi tradisi ratusan tahun masyarakat Ternate. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini